Sebagai contoh, misalkan saya memiliki pacar saat SMA dan kami melanjutkan kuliah di tempat yang berbeda. Saya mengunggah foto kerja kelompok bersama teman perempuan di Instagram, yang tidak lebih dari bagian tugas kuliah. Namun, pacar saya mungkin merasa tidak nyaman dan bertanya, "Itu kamu foto sama siapa? Pacar baru ya?"
Prasangka ini bisa menciptakan tekanan, baik bagi saya maupun bagi pacar saya. Saya merasa tertekan karena harus menghadapi pertanyaan yang berulang, sementara pacar saya juga tersiksa dengan pikirannya sendiri. Pada akhirnya, ini berdampak buruk pada aktivitas akademik kami berdua.
Contoh ini menjelaskan bagaimana hubungan asmara yang tidak sehat dapat merusak kesehatan mental dan kemampuan berpikir bebas. Hubungan sosial yang salah dapat mengikis kepercayaan diri dan membuat seseorang kehilangan kemampuan berpikir kritis.
Sebaiknya, hindarilah perilaku eksternal seperti ini sebelum faktor eksternal merusak kepribadian Anda dan menimbulkan rasa takut yang berlebihan. Rasa takut sering kali berasal dari pengalaman di masa lalu, bukan dari dalam diri Anda sendiri.
Anda memiliki kapasitas untuk menghadapi situasi seperti ini. Namun, terkadang kurangnya keberanian dan idealisme membuat Anda ragu dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, buang rasa takut. Sulit? Memang, tetapi semua adalah proses. Jangan biarkan diri Anda terbawa arus dan kehilangan jati diri. Bentuklah pribadi yang lebih baik. Jika tidak ada yang mendukung, carilah sendiri cara untuk berkembang. Pada akhirnya, Anda yang bertanggung jawab atas pertumbuhan diri Anda.
Sejauh ini, Anda seharusnya sudah memahami pentingnya berpikir kritis, membangun kepercayaan diri, dan menghadapi tantangan untuk menjadi individu yang mampu berpikir bebas serta membuat keputusan logis. Sekarang, saya akan membagikan cara memanfaatkannya untuk memperoleh pengetahuan sebanyak-banyaknya melalui kecerdasan buatan (AI). Dengan begitu, kita bisa menjadi lebih pintar dan membuktikan bahwa anggapan "AI membuat masyarakat menjadi bodoh" adalah keliru.
1. Menggunakan AI untuk Latihan Soal
Banyak institusi pendidikan melarang peserta didiknya menggunakan AI dalam mengerjakan latihan soal. Padahal, jika digunakan dengan benar, AI justru bisa menjadi alat yang membantu proses belajar, terutama bagi mereka yang benar-benar ingin memahami materi (bukan sekadar mencari jawaban instan).
Saya sering menggunakan metode ini ketika kesulitan mengerjakan soal fisika di SMA. Topik-topik yang membutuhkan kemampuan numerik sulit dipahami dalam suasana kelas yang interaktif dan penuh diskusi. Saya membutuhkan ketenangan untuk mencerna soal dan menyelesaikannya dengan baik.
Di kelas, saya sering kali tidak memahami penjelasan guru. Oleh karena itu, saya memanfaatkan AI untuk mencari pembahasan soal di luar jam pelajaran. Penjelasan dari AI seringkali lebih mudah dipahami daripada yang disampaikan di kelas.
Jangan pernah berpikir, "Saya tidak mau menggunakan AI karena takut AI yang belajar, bukan saya." Sebaliknya, anggaplah AI sebagai alat untuk membantu Anda memahami materi. Tujuan AI adalah mempermudah pekerjaan manusia --- dalam konteks ini, membantu Anda memahami soal dan cara penyelesaiannya.