Mohon tunggu...
MUHAMMAD MAULANA 111211229
MUHAMMAD MAULANA 111211229 Mohon Tunggu... Penulis - mahasiswa

MUHAMMAD MAULANA 111211229 MATA KULIAH LEADERSHIP UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA PROF. Dr. APPOLO DAITO, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gaya Kepemimpinan Four Different Styles Situasional Leadership

30 Oktober 2024   11:50 Diperbarui: 30 Oktober 2024   11:56 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Gaya Kemimpinan Four Different Styles Situational Leadership

Gaya Kemimpinan: Empat Gaya Utama dalam Situational Leadership

Situational Leadership adalah model kepemimpinan yang dikembangkan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard, yang menekankan pentingnya fleksibilitas dalam gaya kepemimpinan sesuai dengan kebutuhan situasi dan perkembangan anggota tim. 

Model ini membagi gaya kepemimpinan menjadi empat kategori utama: Directing (Mengarahkan), Coaching (Melatih), Supporting (Mendukung), dan Delegating (Mendelegasikan). Dalam artikel ini, kita akan membahas masing-masing gaya tersebut, konteks penggunaannya, serta mengapa dan bagaimana gaya-gaya ini dapat diterapkan untuk mencapai tujuan organisasi.

1. Memahami Situational Leadership

Situational Leadership berfokus pada penyesuaian gaya kepemimpinan berdasarkan tingkat kemampuan dan komitmen anggota tim. Model ini menyatakan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang paling baik; sebaliknya, efektivitas seorang pemimpin tergantung pada kemampuannya untuk menyesuaikan pendekatan mereka dengan situasi yang dihadapi. 

Gaya kepemimpinan yang tepat dipilih berdasarkan dua faktor utama: tingkat tugas (task behavior) dan tingkat hubungan (relationship behavior) yang diperlukan dalam situasi tertentu

1.1. Prinsip Dasar Situational Leadership

Prinsip dasar dari Situational Leadership adalah bahwa pemimpin harus mampu menganalisis situasi secara efektif dan menentukan gaya kepemimpinan yang paling sesuai untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pemimpin harus memperhatikan:

Kemampuan Anggota Tim: Seberapa kompeten mereka dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

Komitmen Anggota Tim: Seberapa termotivasi mereka untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Dengan memahami dua aspek ini, pemimpin dapat memilih gaya yang tepat untuk memaksimalkan kinerja tim

2. Empat Gaya Kepemimpinan dalam Situational Leadership

2.1. Directing (Mengarahkan)

Ciri-ciri:

Tingkat tugas tinggi, tingkat hubungan rendah.

Cocok untuk anggota tim yang baru atau kurang berpengalaman.

Dalam gaya ini, pemimpin memberikan instruksi yang jelas dan terperinci kepada anggota tim. Mereka harus fokus pada penyelesaian tugas tanpa terlalu memperhatikan hubungan interpersonal. Gaya ini efektif ketika anggota tim membutuhkan bimbingan langsung dan motivasi untuk menyelesaikan tugas

Contoh Penggunaan:

Mengarahkan karyawan baru dalam memahami prosedur kerja.

Memberikan instruksi langkah demi langkah untuk proyek yang kompleks.

2.2. Coaching (Melatih)

Ciri-ciri:

Tingkat tugas tinggi, tingkat hubungan tinggi.

Cocok untuk anggota tim yang memiliki beberapa keterampilan tetapi masih memerlukan dukungan.

Dalam gaya coaching, pemimpin tidak hanya memberikan instruksi tetapi juga berupaya membangun hubungan dengan anggota tim. Mereka mendengarkan masukan dari anggota tim dan memberikan umpan balik serta dukungan untuk meningkatkan keterampilan mereka

Contoh Penggunaan:

Melatih karyawan dalam keterampilan baru sambil memberikan dorongan emosional.

Mengadakan sesi umpan balik reguler untuk membantu anggota tim berkembang.

2.3. Supporting (Mendukung)

Ciri-ciri:

Tingkat tugas rendah, tingkat hubungan tinggi.

Cocok untuk anggota tim yang kompeten tetapi kurang percaya diri.

Gaya mendukung berfokus pada penguatan hubungan antara pemimpin dan anggota tim. Pemimpin lebih banyak mendengarkan dan memberi dukungan emosional daripada memberikan instruksi langsung. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri anggota tim sehingga mereka dapat bekerja secara mandiri

Contoh Penggunaan:

Mendukung anggota tim dalam menghadapi tantangan pekerjaan.

Mendorong diskusi terbuka tentang masalah yang dihadapi oleh anggota tim.

2.4. Delegating (Mendelegasikan)

Ciri-ciri:

Tingkat tugas rendah, tingkat hubungan rendah.

Cocok untuk anggota tim yang sangat kompeten dan termotivasi.

Dalam gaya delegating, pemimpin memberikan tanggung jawab penuh kepada anggota tim untuk menyelesaikan tugas tanpa pengawasan langsung. Pemimpin hanya perlu memantau hasil akhir dan memberikan umpan balik jika diperlukan

Contoh Penggunaan:

Mendelegasikan proyek kepada karyawan senior yang memiliki pengalaman.

Memberi kebebasan kepada anggota tim untuk mengambil keputusan terkait proyek mereka sendiri.

3. Mengapa Situational Leadership Penting?

Situational Leadership sangat penting karena beberapa alasan:

3.1. Adaptabilitas

Pemimpin yang efektif harus mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi dan kebutuhan individu dalam tim mereka. Situational Leadership menyediakan kerangka kerja bagi pemimpin untuk menyesuaikan pendekatan mereka sesuai dengan situasi spesifik

3.2. Peningkatan Kinerja Tim

Dengan menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai, pemimpin dapat meningkatkan kinerja keseluruhan tim dengan memastikan bahwa setiap anggota mendapatkan dukungan yang tepat sesuai dengan kebutuhan mereka

3.3. Pengembangan Keterampilan Anggota Tim

Model ini juga memungkinkan pemimpin untuk membantu pengembangan keterampilan anggota tim secara bertahap, mempersiapkan mereka untuk mengambil tanggung jawab lebih besar di masa depan

4. Bagaimana Menerapkan Situational Leadership?

4.1. Menilai Kebutuhan Tim

Pemimpin harus secara teratur menilai kemampuan dan komitmen anggota tim mereka untuk menentukan gaya kepemimpinan mana yang paling sesuai

Ini bisa dilakukan melalui:

Observasi langsung.

Sesi umpan balik individu.

Penilaian kinerja formal.

4.2. Fleksibilitas dalam Pendekatan

Pemimpin harus siap untuk mengubah gaya mereka sesuai dengan perkembangan situasi dan kebutuhan individu dalam tim

Ini mungkin berarti beralih dari gaya directing ke coaching saat seorang karyawan mulai menunjukkan kemajuan.

4.3. Pelatihan dan Pengembangan

Investasi dalam pelatihan kepemimpinan bagi diri sendiri dan anggota tim dapat membantu meningkatkan kemampuan adaptif semua pihak terlibat

Pelatihan ini bisa berupa:

Workshop tentang komunikasi efektif.

Pelatihan keterampilan spesifik terkait pekerjaan.

Sesi pengembangan diri.

selling, participating, telling dan delegating ?

Dalam model kepemimpinan Situasional yang dikembangkan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard, terdapat empat gaya kepemimpinan utama: Telling (Mengatakan), Selling (Menjual), Participating (Berpartisipasi), dan Delegating (Mendelegasikan). Setiap gaya ini memiliki karakteristik yang berbeda dan digunakan dalam konteks yang berbeda tergantung pada tingkat keterampilan dan komitmen anggota tim. Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing gaya kepemimpinan tersebut.

1. Telling (Mengatakan)

Ciri-ciri

Tugas Tinggi, Hubungan Rendah: Dalam gaya ini, pemimpin memberikan instruksi yang jelas dan langsung kepada anggota tim. Mereka mengarahkan apa yang harus dilakukan tanpa banyak diskusi.

Komunikasi Satu Arah: Pemimpin memberikan arahan dan informasi, sementara anggota tim sebagian besar mendengarkan tanpa banyak kesempatan untuk bertanya.

Kapan Digunakan

Gaya ini paling efektif digunakan ketika anggota tim baru atau kurang berpengalaman, yang memerlukan bimbingan langsung untuk menyelesaikan tugas. Misalnya, dalam situasi di mana prosedur baru diperkenalkan kepada karyawan baru, pemimpin akan memberikan instruksi langkah demi langkah tentang bagaimana melaksanakan tugas tersebut.

Contoh Penggunaan

Seorang manajer mungkin mengatakan kepada anggota tim baru:

"Anda perlu menyelesaikan laporan ini dengan mengikuti format yang telah ditentukan. Pastikan untuk mengumpulkannya sebelum akhir hari."

2. Selling (Menjual)

Ciri-ciri

Tugas Tinggi, Hubungan Tinggi: Gaya ini mencakup pemimpin yang memberikan arahan sambil juga menjelaskan mengapa tugas tersebut penting. Pemimpin berusaha untuk membangun hubungan dan kepercayaan dengan anggota tim.

Komunikasi Dua Arah: Pemimpin mendorong dialog dengan anggota tim, mendengarkan pertanyaan dan memberikan umpan balik.

Kapan Digunakan

Gaya menjual cocok digunakan ketika anggota tim memiliki keterampilan tetapi mungkin kurang motivasi atau keinginan untuk bekerja. Ini membantu dalam memperkuat komitmen mereka terhadap tugas yang diberikan.

Contoh Penggunaan

Seorang pemimpin dapat berkata:

"Saya menghargai antusiasme Anda untuk proyek ini. Mari kita bahas langkah-langkah yang perlu diambil dan mengapa setiap langkah itu penting untuk kesuksesan kita."

3. Participating (Berpartisipasi)

Ciri-ciri

Tugas Rendah, Hubungan Tinggi: Dalam gaya ini, pemimpin lebih fokus pada membangun hubungan dengan anggota tim dan mendorong kolaborasi.

Keputusan Bersama: Pemimpin melibatkan anggota tim dalam pengambilan keputusan dan memberi mereka kesempatan untuk berbagi ide.

Kapan Digunakan

Gaya partisipatif paling efektif ketika anggota tim sudah memiliki keterampilan yang diperlukan tetapi mungkin memerlukan dukungan tambahan untuk menyelesaikan tugas secara mandiri.

Contoh Penggunaan

Seorang pemimpin dapat mengatakan:

"Kita semua memiliki keahlian dalam proyek ini. Mari kita diskusikan pendekatan terbaik dan bagaimana kita bisa saling mendukung dalam mencapai tujuan kita."

4. Delegating (Mendelegasikan)

Ciri-ciri

Tugas Rendah, Hubungan Rendah: Dalam gaya ini, pemimpin memberikan tanggung jawab penuh kepada anggota tim untuk menyelesaikan tugas tanpa pengawasan langsung.

Otonomi Tinggi: Anggota tim diharapkan dapat bekerja secara mandiri dan mengambil keputusan terkait tugas mereka sendiri.

Kapan Digunakan

Gaya mendelegasikan paling cocok digunakan ketika anggota tim sangat kompeten dan termotivasi untuk menyelesaikan tugas tanpa bantuan tambahan dari pemimpin.

Contoh Penggunaan

Seorang pemimpin mungkin berkata:

"Anda telah menunjukkan kemampuan luar biasa dalam proyek sebelumnya. Saya percaya Anda dapat menangani proyek ini sendiri. Silakan beri tahu saya jika Anda memerlukan dukungan."

Indikator keberhasilan dalam konteks Situational Leadership dapat diukur melalui beberapa aspek yang mencerminkan efektivitas pemimpin dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan tim. Berikut adalah beberapa indikator keberhasilan yang dapat digunakan:

1. Peningkatan Kinerja Tim

Pengukuran: Evaluasi hasil kerja tim sebelum dan sesudah penerapan gaya kepemimpinan yang berbeda.

Indikator: Peningkatan produktivitas, kualitas output, dan pencapaian target.

2. Kepuasan Anggota Tim

Pengukuran: Survei atau wawancara untuk mengukur tingkat kepuasan dan motivasi anggota tim.

Indikator: Tingkat retensi karyawan, umpan balik positif mengenai dukungan pemimpin, dan budaya kerja yang sehat.

3. Pengembangan Keterampilan

Pengukuran: Penilaian keterampilan anggota tim melalui pelatihan dan pengembangan.

Indikator: Kemajuan individu dalam keterampilan yang relevan dengan tugas, serta peningkatan kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas.

4. Adaptabilitas Pemimpin

Pengukuran: Kemampuan pemimpin untuk menyesuaikan gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi yang berubah.

Indikator: Respon positif terhadap perubahan, kemampuan untuk mengatasi tantangan baru, dan fleksibilitas dalam pendekatan.

5. Komunikasi Efektif

Pengukuran: Evaluasi interaksi antara pemimpin dan anggota tim.

Indikator: Frekuensi dan kualitas umpan balik, serta keterlibatan anggota tim dalam diskusi dan pengambilan keputusan.

6. Pencapaian Tujuan Organisasi

Pengukuran: Analisis pencapaian tujuan jangka pendek dan jangka panjang organisasi.

Indikator: Kemampuan tim untuk mencapai KPI (Key Performance Indicators) yang telah ditetapkan.

Dengan menggunakan indikator-indikator ini, organisasi dapat mengevaluasi keberhasilan penerapan model Situational Leadership dan melakukan penyesuaian jika diperlukan untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan di masa depan.

Mengukur perubahan komitmen anggota tim setelah menerapkan Situational Leadership dapat dilakukan dengan beberapa metode yang sistematis. Berikut adalah langkah-langkah dan teknik yang dapat digunakan untuk menilai perubahan tersebut:

1. Survei Kepuasan dan Komitmen

Pengukuran: Lakukan survei sebelum dan sesudah penerapan gaya kepemimpinan untuk mengukur tingkat komitmen anggota tim.

Pertanyaan Kunci: Sertakan pertanyaan yang berkaitan dengan motivasi, kepuasan kerja, dan keinginan untuk berkontribusi dalam tim.

Contoh Pertanyaan:

Seberapa termotivasi Anda untuk mencapai tujuan tim?

Apakah Anda merasa pemimpin mendukung pengembangan Anda?

2. Wawancara Individu

Pengukuran: Lakukan wawancara dengan anggota tim untuk mendapatkan umpan balik langsung mengenai perubahan yang mereka rasakan.

Fokus Wawancara: Tanyakan tentang pengalaman mereka dengan gaya kepemimpinan yang baru dan bagaimana hal itu mempengaruhi komitmen mereka terhadap pekerjaan.

3. Observasi Perilaku

Pengukuran: Amati perilaku anggota tim dalam konteks kerja sehari-hari.

Indikator Perilaku: Catat perubahan dalam keterlibatan, kolaborasi, dan inisiatif anggota tim setelah penerapan gaya kepemimpinan.

Contoh Observasi: Apakah anggota tim lebih aktif dalam diskusi? Apakah mereka menunjukkan lebih banyak inisiatif dalam menyelesaikan tugas?

4. Penilaian Kinerja

Pengukuran: Tinjau hasil kinerja individu dan tim sebelum dan sesudah penerapan Situational Leadership.

Indikator Kinerja: Bandingkan pencapaian target, produktivitas, dan kualitas output.

Analisis Hasil: Lihat apakah ada peningkatan yang signifikan dalam kinerja yang dapat dihubungkan dengan peningkatan komitmen.

5. Diskusi Tim

Pengukuran: Adakan sesi diskusi kelompok untuk membahas pengalaman anggota tim terkait perubahan gaya kepemimpinan.

Fokus Diskusi: Tanyakan bagaimana mereka merasakan dukungan dari pemimpin dan bagaimana hal itu mempengaruhi komitmen mereka terhadap tim.

6. Indeks Komitmen

Pengukuran: Buat indeks komitmen berdasarkan berbagai faktor seperti kepuasan kerja, motivasi, dan keinginan untuk bertahan di organisasi.

Analisis Data: Gunakan data dari survei, wawancara, dan observasi untuk menghitung indeks ini sebelum dan sesudah penerapan gaya kepemimpinan.

Daftar Pustaka

  • Hersey, P., & Blanchard, K.H. (1988). Management of Organizational Behavior: Utilizing Human Resources.
  • Blanchard, K.H., & Johnson, D.E. (2010). The One Minute Manager.
  • Northouse, P.G. (2018). Leadership: Theory and Practice.
  • Goleman, D., Boyatzis, R., & McKee, A. (2013). Primal Leadership: Unleashing the Power of Emotional Intelligence.
  • Yukl, G.A., & Van Fleet, D.D. (1992). Theory and Research on Leadership in Organizations.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun