"Belum sih, Mbak. Tapi saya mau pulang, ini lho badan saya kok rasanya capek banget."
"Mbak Dewi sakit?" Lintang meraba tangan Dewi, demamnya lumayan tinggi. Lalu membuka panci bubur yang masih tersisa banyak.
"Boleh saya beli buburnya, Mbak?" tanya Lintang. Ia tak yakin untuk apa bubur sebanyak itu, tak mungkin juga ia menghabiskan. Lintang cuma ingin menolong Dewi, perempuan itu  butuh ke dokter.
"Oh.. monggo, Mbak. Mau dibungkus apa gimana?"
"Hmm.. saya ambil mangkok aja ya, Mbak." Lintang masuk mengambil tiga buah mangkok, menyerahkan pada Dewi.
"Gula sama kelapanya jangan dicampur! Biar nggak cepat basi." Perempuan itu mengangguk lalu menyiapkan bubur dengan cekatan, dalam sekejab bubur telah berpindah ke dalam mangkok.
"Ini Mbak, monggo." Â
"Oya.. Terima kasih." Lintang mengeluarkan tiga lembaran berwarna merah.
"Mbak, ini buat buburnya," kata Lintang sambil menyerahkan satu lembaran merah.
"Dan ini buat ke dokter. Mbak Dewi harus ke dokter, kalau masih sakit besok jangan jualan dulu." Lintang memasukkan dua lembaran merah ke saku Dewi.
"Waduh..! Ini terlalu banyak, Mbak. Saya jadi nggak enak sama Mbak Lintang."