Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Peperangan Batin

6 Juni 2020   05:34 Diperbarui: 6 Juni 2020   05:44 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/peperangan/photo:doc.pri

"Tolong pikirkan permintaanku. Aku akan bahagia kalau Mas Anan bahagia. Aku yakin Mas Anan bisa menjadi suami yang adil. Dan aku juga nggak akan cemburu jika nanti Mas Anan menghabiskan waktu lebih banyak bersamamu.."

Kepala Lintang mendadak pusing. 'Bagaimana bisa perempuan ini begitu entengnya menyerahkan orang yang dicintainya pada orang lain tanpa beban, kegilaan macam apa ini. Dan aku..., haruskah aku ikut dalam kegilaan ini..? Tidak.. Oh, jangan..! Ingat Lintang! Gischa itu sahabatmu, jangan sakiti dia!  Lalu apa kata orang jika kamu menikah dengan laki-laki beristri? Kamu punya Remund yang lebih layak dinikahi karena dia duda. Jangan khianati cintanya. Remund laki-laki baik yang meletakkan harapannya padamu.'

Aaarrrrhhh

Lintang menggelengkan kepalanya kuat-kuat menepis berbagai macam pikiran absurd di kepalanya. Baru kali ini Lintang harus berperang melawan akal sehatnya.

*

"Mas, bolehkah aku minta sesuatu?" Gischa bergayut manja pada leher suaminya.

"Apa?" tanya Anan tanpa mengalihkan perhatian dari buku yang sedang dibacanya.

"Tapi janji ya, Mas akan mengabulkan.."

"Iya... Memang kamu mau minta apa?"  Anan merasakan gelagat yang kurang enak. 'Pasti ada sesuatu' batinnya.

"Mas, aku akan melamarkan seorang perempuan untuk menjadi istrimu."
Kata-kata Gischa malam itu seperti kilat yang menyambar tiba-tiba. Anan menutup bukunya, menatap istrinya lekat.

"Kamu ini bicara apa?" Anan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun