"Ya ampun, Gischa..Ini cantik banget," ujar Lintang memperhatikan satu stel gamis berwarna kuning gading dan jilbab bermotif bunga kecil-kecil dengan warna senada.
"Bukan gamisnya yang cantik, tapi kamu jika pakai gamis ini," kilah Gischa. Lintang tertawa.
"Selamat datang di jalan hijrah, jalan yang dicintai perindu surga. Kamu siap berhijrah, kan?" Lintang terpana, tak menyangka Gischa begitu perhatian sampai begitu detil. Waktu itu Lintang pernah mengutarakan keinginannya untuk berhijab, tapi Lintang belum benar-benar bisa melakukan. Jilbabnya sesekali dipakai, namun lebih sering ia tampil polos.
"Insyaa Allah, bantu aku ya..," bisik Lintang memeluk sahabatnya.
"Pelan-pelan saja, semua butuh proses dan waktu yang akan membantu perjalanan hijrahmu," ujar Gischa.
"Setiap orang pasti akan menemukan waktu yang tepat untuk mendapatkan hidayah. Semua butuh proses. Semoga kamu bisa istiqomah."
"Coba kamu pakai..!" pinta Gischa. Lintang masuk ke kamarnya, tak sampai sepuluh menit ia sudah muncul dengan penampilan baru.
"Masya Allah, kamu cantik banget," decak Gischa kagum. Lintang tersenyum, tampak begitu cantik dengan gamis kuning gading, serasi dengan warna kulitnya yang putih.
"Sini aku bantu pakai jilbabnya," Gischa membantu Lintang merapikan jilbabnya.
Lintang makin tersipu, ia merasa seperti ada debaran yang mengharu biru, ini pertama kali ia memakai gamis sempurna. Sebelumnya ia hanya memakai bawahan midi atau celana kain yang dipadu dengan blus lengan panjang. Jilbabnya pun belum menutup sampai ke dada sesuai syariat. Ada sejuk, ada takjub, ada haru dan bahagia bercampur jadi satu.
"Masya Allah, Lintang. Kamu cantik." Gischa menyentuh pipi Lintang, menelusuri setiap lekuk wajah Lintang dengan jarinya.