Mohon tunggu...
Muhammad Ridwan Siregar
Muhammad Ridwan Siregar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

FH UGM | Sebuah Kebanggaan sebagai orang INDONESIA serta sebuah anugerah karena aku adalah MUSLIM.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tidak Ada yang Instan (Arti Dari Sebuah Cinta dan Persahabatan)

15 Oktober 2014   19:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:54 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada sebuah kisah, kisah pertemanan para jejaka yang saat ini hidupnya masih juga sendiri tanpa pasangan. Kalau dilihat-lihat kami seharusnya sudah waktunya untuk mencari pasangan karena usia kami yang sudah menginjak kepala tiga. Kami terlalu sibuk dengan pekerjaan. Dan itu alasan pembenar yang kami punya sebagai senjata andalan ketika ditanya oleh orang kenapa kami tidak cepat-cepat mencari pendamping hidup.

Namaku awan, aku memiliki dua orang sahabat yang mungkin tiap hari tidak bisa terpisahkan. Namanya adalah heru dan anas. Kami berteman sejak pertama kali duduk di bangku SMA dan berlanjut di masa kuliah yang kebetulan kampus kami sama walaupun fakultas kami berlainan yaitu di universitas ternama di kota kami. Ya, kota yang terkenal sebagai kota pendidikan.

Tentunya kami bertiga berbeda. Dari kelurga yang berbeda, suku yang berbeda, perawakan yang berbeda maupun pekerjaan yang berbeda akan tetapi nasib kami sama, yaitu merana. Aku baru tinggal di kota ini sejak SMA, karena orang tuaku pindah dari kota asalku bandung untuk mencari peruntukan lain. Aku dari suku sunda dan berprofesi sebagai advokat dan sudah pasti aku lulusan fakultas hukum. Tinggiku 174 centimeter dan bertubuh ideal.

Temanku yang pertama bernama Heru bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di departemen pendidikan di kota ini. Sama sepertiku heru baru pindah ke kota ini sejak SMA dari kota asalnya Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dia keturunan suku dayak tingginya 180 centimeter dan kurus berkacaata tebal, maklum dia kutu buku sejak dari sekolah dulu. Heru dari fakultas psikologi. Sedangkan temanku yang kedua bernama anas, dia pengusaha travel dan rental mobil peranakan jawa-bali tingginya 168 centimeter, badanya agak gemuk dan dulu dia kuliah di fakultas ekonomi.

Kalau dilihat-lihat sebenarnya kami bukanlah orang biasa, wajah kami ya cukup lumayan dan tentunya kantong kami tebal. karena selama ini gaji kami hanya dipakai untuk membiayai kehidupan kami seorang.

Tapi tak tahu kenapa kami hingga saat ini belum mempunyai pacar, yang kemudian kami ajak menikah dan membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah seperti impian setiap orang. Ah jangankan pacar, teman dekat wanitapun kami tak punya, otomatis kami kemana-mana hanya berpegian bertiga. Untung bertiga, tidak berdua.

Aku terakhir kali pacaran waktu masih duduk dibangku SMA kelas tiga, tak ada yang spesial. Karena saat itu aku hanya ingin merasakan keindahan masa-masa SMA yang kata orang masa SMA kelak adalah masa yang paling indah. Dan hanya sebatas untuk formalitas saja supaya bila ditanya orang apakah aku pernah pacaran sewaktu SMA, maka masa SMA ku dahulu indah.

Sebenarnya aku tidak tertarik dengan yang namanya pacaran, dahulu pun aku harus “bermain sumput-sumputan” dengan orang tuaku karena aku dilarang pacaran. Orang tuaku adalah pemeluk islam yang taat. Tak ada kata pacaran dalam kamusnya. Katanya nanti ketika aku sudah dewasa. Ta’arruf.

Aku rasa diriku masih mendingan, ketimbang kawanku heru yang dari lahir hingga menginjak kepala tiga sekarang ini belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Inilah yang disebut dengan single sejati. Kalau jomblo itu masa lalunya dia pernah pacaran dan kalau single ya seperti heru ini. Katanya dia tidak pernah menangisi wanita, sampai-sampai terakhir kali dia menangis adalah pada saat ketika dia keluar dari rahim ibunya. Cukup lama sekali bukan.

Tapi selama ini, dia selalu berupaya untuk menetaskan telor kesingle-anya. Namun naas, sahabatku ini selalu ditolak oleh wanita. Bahkan pernah pada suatu hari ketika heru ingin mengungkapkan perasaanya kepada seorang wanita, sebelum heru mengungkapkan isi hatinya kepada seorang wanita tersebut dia sudah ditolak. Menyedihkan.

Hingga pada akhirnya, semangat perjuangan sampai juga di titik teratas. Jenuh, bosan, dan takut ditolak. Hal itu yang sampai sekarang masih menjadi fikiran bagi sahabatku ini untuk kembali mencari wanita.

Kalau anas, walaupun dia pendek buntet, dia dahulu adalah playboy sejati SMA dan kampus kami. Maklum kantongnya tebal. Orangtuanya pengusaha perkebunan. tapi setiap dia pacaran pasti tidak lama. Entah satu bulan, dua minggu bahkan dalam hitungan jam. Karena tipe wanita yang diinginkan levelnya selangit, tubuhnya harus sexi, tinggi bak model. Otomatis setiap pacaran dia sering digembosi kantongnya, pacarnya minta beli ini lah, itulah, mau kesinilah, kesitulah.

Karena sering dimaanfaatkan terus oleh wanita dan mantan-mantannya. Sampai sekarang anas pun juga trauma dan tidak mencari seorang wanita untuk dijadikan pacar.

Pada suatu ketika, kami mendapat undangan pernikahan dari seorang teman SMA dulu. Namanya Rita. Dia menikah dengan seorang polisi berpangkat Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda) yang merupakan pilihan dari orang tuanya yang juga berprofesi sebagai polisi. Siapa lagi kalau bukan anak dari kolega bapaknya.

Dulu rita adalah salah satu incaran heru. Tapi dia baik, dia tidak langsung menolak. Ketika ditembak oleh heru, katanya dia butuh waktu dan ingin berfikir terlebih dahulu. Oke, kemudian heru menyetujuinya. Akan tetapi selang berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan hingga sampai kami naik kelas belum ada jawaban. Karena penasaran dan ingin mendapatkan jawaban serta kepastian, heru akhirnya menyamperi langsung rita ketika pulang sekolah. Namun sayang, katanya rita, heru selama ini sudah dianggapnya sebagai sahabat yang baik jadi tidak baik kalau pacaran. Frands zone. Kasian heru.

Tapi heru tidak sakit hati, rita beda dengan kawan wanita yang lainnya. Yang pernah menolak heru sesukanya. Itulah kenapa heru mau datang ke pernikahan rita.

Tak disangka, saat kami datang bertiga ke pernikahan rita, aku melihat mantanku satu-satunya. namanya Siska. Dia bersama laki-laki yang juga tidak asing bagiku. Itu teman satu SMA ku dulu namanya Mulyadi. Aku lihat dia sedang menggendong balita. Mungkin anaknya.

Memang ketika kami pacaran dulu, kata teman-teman ada pria yang merana karena siska jadian sama aku. Kalau dipikir-pikir siapa yang tidak mau dengan siska, perawakanya cantik, pintar dan sopan. Aku saja sampai melanggar prinsip keluarga.

Sepertinya sejak aku putus dengan siska, mulyadi adalah orang pertama yang berbahagia. Tapi aku salut denganya, karena dia mau menunggu wanita idamanya. Walaupun wanita idamannya tersebut sedang bersama pria lain bahkan mungkin sama sekali tidak memikirkan dia.

***

Lanjut ke cerita berikutnya. Setelah kami pulang kerja, seperti hari-hari biasanya kami janjian untuk kumpul bareng di cafe langganan. Ini cafe terbaik di kota kami (menurut penilaian kami pribadi), dimana tempat muda mudi berkumpul dan nongkrong dengan teman-temannya.

Cafe ini pertama kali diperkenalkan anas kepada kami, sebenarnya sempat aku dan heru menolak, karena pasti harga makanannya mahal, tahu sendiri anas orangnya sok high class. Tapi setelah diberitahu kalau cafe tersebut banyak wanita-wanita yang sering nongkrong maka bedebah dengan harga mahal. Akhirnya aku dan heru menyetujui.

Seperti biasa, kami duduk di sudut ruangan diujung pintu masuk cafe, tempat inilah yang menurut kami view nya yang paling strategis dari yang lain. Karena dari sini, bangku-bangu lain di setiap sudut cafe terlihat. Ditambah kita bisa lihat siapa-siapa saja yang keluar dan masuk cafe.

Karena kami sudah sering kemari, pelayan sudah tahu mau kemana kami duduk. Bahkan seakan tempat duduk ini hanya disediakan untuk kami bertiga saja.

Sudah sering kami ke cafe ini, dan selalu memilih tempat yang strategis. Namun demikian kami masih trauma masa lalu. Pada suatu ketika ada beberapa orang wanita duduk disamping bangku kami. Salah satu wanita tersebut merupakan tipe anas. Putih, mulus, sexi. Tapi hanya sekedar lirik-lirik. Begitu pula dengan aku dan heru, kami beberapa kali melihat wanita yang menurut kami adalah tipe kami. Tapi, hanya saling pandang. Tak lebih.

Kenapa semangat kami sepertinya tidak ada, kenapa gelora kelakian kami tidak muncul.

Anas penah menganjurkan agar kami pergi ke dukun, tapi tidak terlaksana. Aku dan heru menolaknya keras. Aku masih yakin bahwa pada suatu saat nanti pasti ada wanita yang akan menjadi pacarku yang kemudian aku peristri. Dengan usahaku sendiri. Dengan bibit-bibit cinta yang kami tanam. Bukan karena dukun, dan bukan pemberian dari dukun dengan mantra-mantranya.

Kalau difikir-fikir mudah saja sebenarnya mendapatkan wanita. Tinggal datang saja ke club malam atau ke tempat prostitusi. Tapi tidak. Prinsip kami sekarang adalah berpandangan tentang masa depan dan tak ingin mendapatkan pasangan hidup yang hanya sekedar main-main dan dimainkan. Karena kami ingin memiliki cinta yang sempurna dan bukan cinta yang instan.

***

Waktu semakin berlalu, jarum jam tak henti-hentinya berputar, pagi sudah berganti malam, dan malam tak terasa sudah berubah menjadi pagi kembali.

Sekarang adalah hari minggu, minggu terakhir pada tahun ini. Tak terasa esok akan berganti tahun.

Seperti biasanya, aku selalu berleha-leha terlebih dahulu sebelum mandi pagi. Apalagi ini hari minggu. Waktunya semakin mendekatkan diri pada kasur. Malas gerak, malas bangun. Ah dasar.

Tiba-tiba telepon genggamku berdering, ternyata anas. Ah ada apa dia meneleponku pagi-pagi. Apakah dia tidak tahu hari minggu adalah waktunya untuk bermalas-malasan.

Aku mengangkatnya. Kemudian dengan suara lemas aku menjawab suaranya.

Anas ingin mengajak kami nanti malam untuk merayakan malam tahun baru di pusat kota. Acara kembang api. Dan yang pasti penuh dengan keramaian. Itulah yang kami cari.

Tak berfikir panjang, aku menyetujuinya. Saran anas besok ketika kita berangkat sebaiknya tiga jam sebelum acara dimulai supaya dapat tempat yang strategis. Ya, aku menyetujuinya kembali.

Jam menunjukkan pukul sembilan malam, tadi anas meneleponku kembali agar aku menunggu di depan rumah. Dia akan segera menjemputku.

Tak lama kemudian mobil anas berhenti di depan pagar rumahku, pastinya di dalam juga sudah ada heru yang dijemput anas sebelumku.

Kami meluncur ke lokasi, sebelum itu kami berhenti ke minimarket untuk membeli minuman dan makanan ringan, karena disana pasti tidak menyediakan.

Sesampainya, tempat ini masih terbilang belum ramai. Mungkin setengah jam atau sejam lagi pasti akan ramai dan menjadi lautan manusia seperti malam-malam tahun baru sebelumnya.

Kami langsung memilih lokasi yang strategis. Akhirnya kami menemukan tempat yang kami cari yang menurut kami strategis. Dan akhirnya kami sama-sama menyetujuinya.

Tak lama kemudian tiba-tiba aku kebelet buang air kecil. Aku ijin kepada mereka untuk mencari toilet. Kebetulan agak jauh.

Ah, Lega rasanya melepaskan kodrat manusia yaitu mengeluarkan air yang telah ditampung selama berjam-jam di dalam tubuh ini.

Aku keluar kamar mandi. Kebetulan kamar mandi ini tidak ada pengkhususan tempat, jadi wanita atau pria bisa memakainya.

Tiba-tiba, entah apakah malam ini aku sedang beruntung atau ini adalah berkah tahun baru. Aku melihat wanita yang duduk menunggu di depan kamar mandi. Mungkin menunggu temannya.

Lihatlah, dia cantik. Sungguh sempurna. Tuhan memang maha segalanya, dengan menciptakan wanita yang seperti ini. Rambutnya, mukanya, tubuhnya hingga sampai kakinya. Luar biasa.

Tiba-tiba aku tersentak, mas-mas penjaga kamar mandi mengingatkanku untuk membayar jasa kamar mandi. Tidak kusangka aku tadi memandanginya.

Teman wanita yang ditunggunya sejak tadi akhirnya keluar dari kamar mandi disebelah kamar mandiku tadi. Tak diduga dia menepuk pundakku.

“awan? Ini awan kan?”

“eh, e iya” jawabku bingung.

“ini disa, teman satu fakultas dulu, jangan bilang kamu lupa ya…”

Sebenarnya aku tidak ingat, karena sudah hampir tujuh tahun lalu aku lulus dan berpisah dengan teman-teman kampus, apalagi kami tidak saling kontak, tapi karena dia teman wanita itu, yasudahlah maka aku jawab.

“disa…iya, aku ingat dong, masak gak ingat”

“oya tiga tahun lalu kok gak dateng ke pesta pernikahanku sih, padahal aku undang sekaligus teman-teman yang lain juga, ya walaupun lewat Facebook

Ah di dalam hatiku, bedebah dengan facebook. Walaupun telepon genggamku semutakhir mungkin aku malas membuka media sosial, buang-buang waktu. Pasti isinya hanya curhatan-curhatan basi. Padahal, banyak orang yang mendapatkan jodoh dari media itu. Tapi bagiku itu bhulshit, bagiku cinta tidak akan datang dengan kita hanya melihat fotonya saja, apalagi banyak yang sekarang meng-edit fotonya agar kelihatan menarik. Tapi sekali lagi caraku bukan seperti itu. Cinta tidak instan.

“owh iya aku sudah lama tidak buka facebook” alasanku sekenanya.

Aku kembali melirik wanita tadi.

“hei maya, sini dong. Kenalkan ini teman kakak” seru disa.

Inilah yang kutungu-tunggu.

Ternyata ciptaan tuhan yang indah itu bernama maya.

“perkenalkan wan, ini maya. Adik sepupuku” lanjut disa.

Kami berkenalan dan kemudian berjabat tangan.

Oh rasanya, lembut dan halus tangannya. Kain sutera saja mungkin kalah, sungguh tuhan maha segalanya.

Tiba-tiba telepon genggamku berdering. Dari anas. Aku lupa aku harus kembali ke tempat tadi.

Sebelum aku angkat, disa dan maya minta izin untuk pergi duluan, karena sudah ditunggu oleh saudaranya yang lain. Ternyata mereka kesini bersama keluarga untuk merayakan tahun baru bersama. Aku mengizinkan.

Aku angkat teleponya. Dan aku katakan ini sedang dalam perjalanan.

Tak beberapa langkah dari tempat toilet umum tadi aku baru sadar. Oh tidak. Aku lupa. Aku lupa bertanya nomer handphone nya. Tempat tinggalnya. Dan aaah aku lupa. Aku buru-bura dan hendak mengejar kembali mereka. Naas, jalanan sudah ramai dan padat seperti lautan manusia. Menyesakkan rasanya. Kenapa pertemuan dengan seorang bidadari aku sia-siakan. Seandainya waktu dapat diulang. Ah tidak mungkin.

Sejenak aku teringat disa, dan facebook. Apa boleh buat. Besok aku akan buka kembali facebook ku yang mungkin sudah banyak sawangnya. Disa. Adalah nama pertama yang aku cari. Agak mudah karena tiga tahun lalu dia mengirim pesan di inbox facebook ku.

Malam tahun baru. Malam ini rasanya diriku cukup senang dan bahagia. Selain senang karena tinggal beberapa jam lagi akan berganti tahun, senang juga karena aku tadi berkenalan dengan seorang bidadari, walaupun hanya namanya. Dan bahagia karena aku punya harapan untuk menemukan jodoh di tahun yang baru esok.

Malam yang indah. Selesai dari perayaan tadi aku diantar kembali ke rumah oleh anas. Aku sengaja tidak menceritakan kejadian tadi kepada anas dan heru. Ini adalah kejutan yang akan aku berikan kepada mereka pada saatnya tiba.

***

Hari ini libur tahun baru. Walaupun demikian kerjaan kantor menunggu untuk diselesaikan.

Dengan segelas kopi hitam dan rokok aku nyalakan laptopku, bersiap mengerjakan kerjaan kantor.

Tiba-tiba aku teringat kejadian semalam. Teringat wanita itu. Ah, aku langsung berpindang fokus.

Setelah laptop aku nyalakan, aku langsung hubungkan ke internet dan langsung buka Facebook (FB).

231 permintaan pertemanan, 110 pemberitahuan dan 10 pesan yang masuk di halaman FB ku. Maklum selama tiga tahun tidak aku buka.

Bahkan tampilan facebook tanpa aku sadari sudah berubah, karena terakhir kali aku lihat tidak seperti ini bentuknya. Tak berfikir panjang aku langsung mencari disa. 10 pesan di inbox aku buka.

Dapat. Ada pesan dari Disa Safitri tertanggal 21 Agustus 2011.

Pesan juga di kirim ke banyak teman-teman yang lain.

“Teman-teman mohon kedatangannya kepernikahanku tanggal 21 Desember 2011 di rumah ku ya, masih inget kan???. Tanpa ada kalian gak rameee. Hehehehe” hanya itu pesannya.

Tapi maksudku bukan untuk membaca pesan yang sudah basi ini. Aku langsung ke profil disa. Lihat pertemananya. Search “Maya”. Banyak nama “maya” disini, tapi…dan yah ini dia. Maya Putri. Fotonya mirip dengan maya yang aku cari. Akhirnya aku menemukanmu bidadari. Sungguh pagi yang indah.

Aku klik. Ah tapi terkunci. Hanya foto profilnya saja yang bisa dibuka. Tak apa, aku add dia. Memang sekali lagi aku menyadari ini akan butuh waktu dan proses.

Aku lanjut ke pekerjaan kantor. Sesekali aku lihat FB kembali, belum ada konfirmasi dari maya. Begitu pula setelah jam-jam berikutnya. Belum juga ada konfirmasi. Mungkin dia belum sempat buka FB karena semalaman merayakan tahun baru bersama keluarga jadi letih. Atau mungkin nanti malam.

Malampun juga begitu, setelah aku lihat kembali belum ada konfirmasi dari maya. Ah mungkin besok pagi. Karena memang hari ini adalah hari libur dan waktunya berkumpul dengan keluarga jadi mana mungkin sempat membuka FB. Inilah aku, selalu mencari pembenaran.

***

Setelah libur tahun baru usai, aku beraktifitas seperti biasanya. Kekantor. Hari ini hanya menerima konsultasi klien yang datang.

Bekerja sebagai profesi advokat, kita harus dituntut untuk mengerti tentang cara mengatasi permasalahan khusunya dalam bidang hukum. Namun tak jarang, klien datang berkonsultasi di luar dari konteks hukum. Ada yang konsultasi tentang permasalahan keluarganyalah, ada juga yang berkonsultasi kenapa dia selalu dapat nilai jelek disekolahnya lah, bahkan ada juga mengenai asmara. Lucu memang. Kalau dilihat diriku, aku banyak memberikan konsultasi kepada setiap orang untuk mencari solusi permasalahan. Sedangkan aku, aku pun sampai sekarang masih berkutat dengan permasalahan. Permasalahan asmara.

Memang benar kata orang-orang, berucap itu sangatlah mudah seperti kita membalikkan telapak tangan ketimbang bila kita lakukan sendiri.

Aku teringat dengan maya, apa kabar Facebook ku. Apakah ada konfirmasi darinya.

Dengan komputer kantor, aku buka FB ku.

Oh tuhan…, seperti habis memenangkan lotre dan mendapatkan berjuta-juta uang plus rumah elite dan mewah.

Aku dikofirmasi. Maya mengkonfirmasiku.

Bukan hanya itu, maya mengirimkan pesan pula kepadaku.

“terimakasih mas sudah add :)”

Ah aku harus menjawab apa, tidak. Tidak boleh tergesa-gesa. Kata-kata pertama ini pasti akan menjadi pertimbangan berikutnya. Jadi jangan sampai salah. Jangan sampai jawabanku terlalu kaku. Dan blablabla.

“sama-sama maya. gimana malam tahun baru semalam? :)”

Yah menurutku balasanku tidak terlalu kaku. Karena aku menyisipkan emote senyum. Itu sudah cukup.

Aku selalu memandangi pesan di FB ku. Sampai-sampai ketika klien datang pun aku tidak menutup jendela Facebook.

Tapi belum ada jawaban. ini sudah sore dan waktunya pulang. Mungkin aku bisa melihatnya di rumah nanti.

Malam ini aku sepertinya harus melewatkan nongkrong bersama heru dan anas. Alasanya karena pekerjaan kantorku menumpuk jadi tidak bisa kumpul di cafe langganan.

Sebenarnya aku malam ini mau fokus dengan Inbox Facebook. Siapa tahu malam ini bisa chatingan langsung dengan maya.

Bedebah dengan kumpul-kumpul bareng. Masa depanlah yang lebih utama.

Aku lihat kembali inbox. Sesuai dengan perkiraanku, maya membalas pesanku tadi. Bahkan malam ini sepertinya maya sedang online jadi rencanaku untuk chating denganya akan terlaksana.

“alhamdulillah semalam menyenangkan mas :)” balasnya.

Beberapa saat kemudian aku membalas.

“iya sama, malam tahun baru memang menyenangkan ditambah dengan kembang api yang indah plus kumpul bareng teman atau keluarga ya :)” jawabku.

“iya mas :)” kemudian dia membalas ku. Selalu disisipkan dengan emote senyum diakhir kata. Ah, aku membayangkan betapa manisnya maya kalau senyuman itu langsug aku lihat.

“oya maya sepupu nya disa ya? Kok gak pernah lihat ya. Hehe” aku mencoba membuka kembali percakapan. Padahal tahu apa aku tentang disa. Apalagi saudara-saudaranya.

“iya mas. Sepupu jauh, aku baru bulan kemarin pindahan karena dapat kerjaan disini” balas maya.

“memang maya asalnya dari mana? Kok milih kerja disini” jawabku penasaran.

“Dari Kalimantan mas. Ya karena disini nyaman aja mas” jawabnya. Memang aku yakini kota ini benar-benar kota istimewa. Lain dari pada kota-kota lain di negeri ini.

“oya may, dari tadi kan kamu manggil aku “mas”. Mas boleh gak manggil maya “adek” biar lebih deket? Hehe :)” aku mulai ke topik baru yang sedikit agak menjurus.

Offline. Maya tiba-tiba offline.

Apa salah pertanyaanku tadi. Aku mungkin terlalu terburu-buru. Apa mungkin pertanyaanku sedikit memaksa?.

Ah, mungkin maya sedang kebelet buang air dan langsung ke kamar mandi. Ah tapi mana mungkin dia sampai offline. Atau mungkin saja maya sedang ada kerjaan lain yang harus segera di selesaikan. Ya mungkin saja. Kembali mencari pembenaran.

***

Kopi hitam di cafe ini sungguh nikmat. Ditambah alunan lagu-lagu jazz yang merupakan ciri khas dari cafe ini.

Damai dan tenang rasanya.

Pesan ku sampai hari ini belum di balas oleh maya. Sudah dua hari lamanya.

Dia mungkin sibuk dengan pekerjaan. Wajar dia baru masuk kerja. Oh iya aku bahkan sampai lupa bertanya tentang pekerjaanya.

Aku sampai sekarang masih belum cerita dengan anas dan heru tentang ini. Aku masih menunggu waktu yang tepat. Apalagi ini belum ada kejelasan yang pasti.

Anas membuka pembicaraan, katanya dia baru mendapatkan teman wanita baru. Putih, mulus, bohai, sexi, rambut panjang. Sesuai dengan tipenya. Dan beruntungnya dia adalah pegawai baru di perusahaan travelnya.

Sejujurnya aku tidak peduli. Tapi sebagai tanda pertemanan, aku dan heru hanya senyum saja.

Aku yakin, tidak ada yang bisa menandingi maya. Bagiku semua wanita kalah kalau disandingkan dengannya. Apalagi wanita yang sedang dibicarakan oleh anas ini.

Tapi anas tidak mau memperlihatkan fotonya kepada kami. Nama pun tidak. supaya surprise katanya.

Ah biarkan sajalah. Mungkin sama seperti wanita-wanita sebelumnya yang pernah didekati anas. Matre, menor dan blablabla. Dan esoknya putus karena dimanfaatkan.

Tapi kata anas beda. Wanita ini diyakininya berbeda dengan mantan-mantannya sebelumnya. Dia merasakan itu dari pesona dan kecantikan wajahnya. Pokoknya berbeda. Ah terserahlah.

Walaupun demikian, malam ini seperti dengan malam-malam sebelumnya. Kami hanya ngobrol bertiga. Ngelantur tidak karuan. Tanpa ditemani oleh sosok wanita yang merupakan pasangan kita masing-masing.

Kemudian anas menyeletuk kepada kami. Seakan memberi perlombaan.

“Bagaimana kalau kumpul besok kita harus membawa pasangan masing-masing” katanya.

Aku dan heru saling tengok. Heran dengan celetukan anas.

“Siap, siapa takut” heru menjawab.

Aku kaget. Tak menyangka heru mengiyakan. Tahu sendiri heru, siapalah yang mau jalan berdua bersamanya.

Sedangkan aku bagaimana. Sejenak aku berfikir. Yang pertama terlintas difikiranku pertama kali yaitu maya. Tapi…

Tidak. Ini berat. Pesan FB ku saja belum dia balas. Tidak mungkin tiba-tiba akau langsung mengajak dia jalan.

Mungkin saja bisa. Tapi mustahil kalau besok.

“Kalau tiga hari lagi bagaimana?” aku memberikan opsi lain. Semoga mereka setuju.

“boleh, kalau aku sih kapanpun bisa.hehe” anas tanpa berfikir langsung menyetujui.

“siaap” heru menambahkan.

Berarti sekarang, aku harus kerja ekstra untuk mengejar maya.

***

Pekerjaan kantor hari ini kebetulan tidak begitu banyak. Hanya beberapa klien saja yang datang ke kantor untuk berkonsultasi. Begitu pula dengan jadwal sidang yang kosong hari ini.

Di kantor tadi sempat aku lihat inbox FB melalui telepon genggamku. Belum ada balasan. Padahal aku lihat beberapa jam lalu maya menulis status di FB nya yang kemudian aku like.

Malam ini kembali aku membuka Facebook ku melalui komputer rumah. Hari ini pula, dan sampai pertemuan esok, kami sepakat tidak kumpul di cafe langganan seperti biasanya. Karena kami mau memberikan surprise ke masing-masing.

Sejujurnya, akupun mau fokus dengan Facebook dan maya.

Apa jadinya ketika pertemuan esok aku satu-satunya orang yang datang sendiri. Terlebih mungkin saja heru memang benar membawa pasanganya. Pasti rasanya begitu menyedihkan.

Aku sudah menunggu satu jam. Maya belum juga menunjukkan tanda-tanda online.

Tiba-tiba perutku lapar. Sepertinya enak kalau sambil menikmati indomie rebus. Aku langsung menuju dapur.

Indomie rebus plus kopi hitam panas. Pas sekali menemani malamku yang penuh dengan harapan. Menunggu dan menunggu.

Baru saja aku duduk di kursi depan komputer, aku lihat maya online. Maya akhirnya membalas pesanku.

“maaf mas kemarin adek ketiduran.hehe, iya silahkan saja mas”

Bahkan dia menyetujui dan sudah memulai menggunakan sebutan “adek”.

“iya dek, gak papa kok. Hehe kan sudah mulai kerja pasti capek. Oya gimana kerjaan barunya? Lancar kan?” jawabku.

“iya nih mas. Alhamdulillah lancar dan menyenangkan mas. Ini juga barusan pulang dari borobudur. Tapi enak sih, jalan-jalan sekaligus kerja hehe” jawabnya.

Mungkin dia bekerja di dinas pariwisata. Tapi itu bukan poin. Yang lebih utama adalah esok lusa. Kumpul bersama teman-teman dengan membawa pasanan masing-masing. Aku harus segera mendapatkan persetujuannya.

“Oya adek disini udah main-main kemana aja? Tempat makan atau cafe mungkin?” pertanyaanku tak boleh tergesa-gesa. Namun tetap harus menjurus.

“Baru kemarin sama mbak disa dan keluarga makan gudeg mas. Kalo cafe-cafe begituan sih adek belum pernah, kenapa mas?”

Dapat. Kena jebakan Batman dia.

“hmmm malam lusa besok adek kosong gak?” aku langsung ke inti pembicaraan.

“lusa malam ya, kayaknya sih enggak mas. Tapi kalau besok malam adek full, kenapa ya mas?” jawabnya.

Satu peluang sudah terbuka. Tinggal menanyakan step yang berikutnya. Semoga dia berkenan.

“Mas ada cafe langganan (aku sebutkan nama dan tempatnya). Disana minuman dan makananya enak banget. Apalagi kopinya. Niatnya mas mau ajak adek kesana. Gimana adek mau gak? :)”

Padahal kalau dipikir-pikir dari seluruh makanan dan inuman yang tersedia, aku hanya senang kopi dan kentang gorengnya saja.

“Gimana ya, insyallah adek usahakan bisa mas :)” jawabnya.

Yeaah berhasil.

“Oke dek. Oya adek gak istirahat? Tadi kan katanya besok kerjaanya full hehe” sekarang aku coba untuk agak perhatian. Biar dia nyaman.

“owh iya mas hampir lupa hehe makasih ya mas :) adek istirahat dulu, besok adek kabarin lagi” jawabnya.

“iya dek, selamat malam dan mimpi indah ya :)” tutupku.

“iya mas makasih ya :)” maya langsung offline.

Target malam ini akhirnya tercapai. Tinggal menunggu kepastiannya besok. Dia akan mengirimkan pesan.

Pada esok hari, ketika aku cek inbox di kantor maya mengirimkan pesan.

Katanya “oya mas nanti malam jadi kan? Jam berapa ya, kebetulan adek juga mau ketemu temen dan pas banget di cafe itu jadi nanti adek langsungan aja ya, lokasinya adek udah tau kok”.

“jam tujuh malam ya dek, oke dek kalau begitu” langsung aku balas pesannya.

Niatku sebenarnya mau aku jemput dia, sekaligus supaya tahu tempat tinggalnya. Tapi tak apalah yang penting dia sudah bersedia.

***

Malam ini adalah malam yang ditunggu-tunggu. Tadi anas sudah mengirimkan pesan sms menanyakan kepastianku. Aku jawab dengan agak sombong “bukan awan namanya kalau gak siap”.

Jam menunjukkan pukul 18.00. tinggal satu jam lagi. Aku langsung meluncur ke lokasi.

Lima belas menit kemudian aku sudah sampai.

Aku lihat sudah ada heru dengan pakaian rapi.

Aku bersyukur akhirnya dia berpenampilan seperti anak “muda” kebanyakan (walaupun tidak muda lagi) kaca mata nya pun ganti. Menurutku penampilannya meningkat sekian persen malam ini. Wajar malam ini adalah malam spesial.

Tapi dia datang sendirian. aku tanya kenapa, dia jawab mungkin sebentar lagi “teman wanitanya” datang karena mereka berangkat terpisah. Dia bertanya balik. Jawabanku tak jauh berbeda.

Kami memesan meja khusus. Tidak mungkin kami menggunakan tempat kami yang biasanya yang hanya bisa digunakan tiga orang. Karena malam ini kami membawa pasangan masing-masing, otomatis jumlah kursinya harus ditambah menjadi enam kursi dan menggunakan meja yang besar.

Tinggal lima belas menit lagi namun anas dan “teman wanita” kami belum juga datang.

Sebelum datang ke sini sebenarnya aku kembali mengirimkan pesan ke maya untuk mengingatkan. Tapi belum di balas. Mungkin dia sedang dalam perjalanan.

Beberapa saat kemudian akhirnya anas datang.

Malam ini kami sepertinya serempak berpakaian rapi, harum semerbak ditambah juga rambut yang klimis.

Sama seperti aku dan heru, anas pun datang sendiri tanpa bersama “teman wanitanya”.

“Sabar sebentar lagi pasti datang” kata anas. Aku dan heru pun menjawab demikian.

Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 pas. Namun pasangan kami masing-masing belum juga datang.

Dalam hatiku sedikit agak cemas, bagaimana jika maya tidak jadi datang. Apakah aku akan sendirian malam ini dan melihat teman-temanku sedang asyik mengobrol berdua dengan pasanganya masing masing.

Aku langsung lihat inbox FB. Belum ada balasan. Semoga saja masih dalam perjalanan.

Kemudian aku kembali melihat jam dinding cafe. Sudah pukul 19.13. sudah lewat tiga belas menit.

Tapi aku agak santai, toh heru dan anas juga masih menunggu.

Tatapan kami bertiga sama-sama menuju pada pintu masuk cafe. Siap-siap menyambut kedatangan pasangan kami masing-masing.

Tak lama kemudian.

“Hei may !!” teriak kami. Kami langsung saling tatap karena bingung.

Tunggu sebentar. Kenapa kami memanggil maya secara bersama-sama. Apakah nama “teman wanita” kami mempunyai nama yang sama. Tidak. Satu-satunya orang yang masuk cafe ketika itu hanya maya. Tidak ada orang lain. Begitu pula sebelum atau setelahnya. Ah apa mungkin….

Maya kemudian menengok dan langsung menuju ke arah kami bertiga.

Kami bertiga setelah teriakan yang serempak tadi masih diam sambil berfikir karena bingung. Sampai-sampai maya yang sudah berdiri di hadapan kami lupa kami persilahkan untuk duduk.

Kemudian kami tersadarkan dengan suara maya yang membuka pembicaraan.

“loh kok mas-masnya pada diam. Dan kok kebetulan sekali ya kita sama-sama satu meja”

Kami kemudian saling tapap kembali.

Malam ini kami tidak banyak berbicara satu sama lain. Perasaan bingung plus saling menyalahkan di dalam hati kami masing-masing membuat malam ini ingin rasanya agar cepat berlalu

Kami hanya memesan beberapa menu. Dan aku hanya memesan kopi hitam seperti biasanya.

Setelah membuka pembicaraan tadi, maya pun sepertinya menyadari dan tidak melayangkan pertanyaan.

Jadi apalah arti kursi yang berjumlah enam buah ini kalau ujung-ujungnya kami bertiga memiliki “teman dekat” yang sama untuk datang kemari.

Buat apa kami harus berpenampilan rapi seperti ini.

Ah. Tak henti-hentinya aku menyalahkan diriku dan teman-temanku dalam hati. Begitu pula juga aku menyalahkan maya.

Kenapa dia tidak bilang kalau teman yang dia akan temui di cafe malam ini adalah teman- temanku. Dan kenapa teman-teman ku tidak bilang dari kemarin-kemarin kalau wanita incaran kami itu adalah sama yaitu maya.

Setelah makanan dan minuman kami habis, tanpa bicara kami langsung menuju ke kasir serta membayarnya sendiri-sendiri dan kemudian pulang ke rumah masing-masing.

***

Satu minggu sudah setelah pertemuan itu kami tidak saling berhubungan. Begitu pula dengan maya.

Seminggu ini pula kami tidak kumpul-kumpul di cafe langganan seperti biasanya.

Tidak tahu kenapa, karena tidak biasa seperti ini aku pun merasa bosan dan jenuh.

Biasanya kami kumpul bersama-sama. Bercanda gurau. Makan dan minum bersama dan berpergianpun selalu bersama.

Apakah dengan permasalahan yang belum jelas ini kami harus memutuskan tali persahabatan yang sudah bertahun-tahun lamanya. Aku rasa tidak.

Aku ambil telepon genggamku. Aku buat sms ke heru dan anas.

“Teman-teman gak disangka udah seminggu kita gak komunikasi. Apa kalian gak merasa bosan hehe. Apakah masih memikirkan kejadian itu. Jangan sampai pertemanan kita putus gara-gara permasalahan yang sepele. Malam ini nongkrong yok di cafe langganan. jam tujuh ya, jangan sampai telat :)”

Sesuai dengan rencana, pukul 19.00 kami telah berkumpul di cafe langganan dan kami telah memesan menu favorit kami masing-masing.

Aku membuka pembicaraan.

“Teman-teman, tidak terasa kita telah bersahabat sangat lama. Sejak dari kita masih SMA dulu. Berlanjut sampai kuliah hingga detik ini.” Aku coba untuk serius.

“Kita sama-sama tahu, bahwa sampai sekarang ini kita masih belum mendapatkan pasangan untuk mendapingi kita hidup hingga akhir hayat nanti.”

“Kita belum juga berkeluarga, padahal umur kita sudah kepala tiga. Apalah arti dari kemapanan ini jika hanya kita nikmati sendirian.”

“Apalah arti kesuksesan kita di kantor maupun usaha kita kalau kita saja belum mampu membangun keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah”

“Sejak dahulu hingga sekarang kita tak henti-hentinya untuk berusaha mendapatkan hal yang terbaik dan masing-masing dari kita juga tak pernah lelah untuk mencari tambatan hati demi masa depan yang lebih baik”

“Dalam perjalanannya, sebelum kejadian di malam itu kita merasakan telah menemukan pasangan yang kita rasa cocok dan selanjutnya akan kita perkenalkan ke masing-masing dari kita”

“Namun siapa sangka, wanita yang aku idamkan itu adalah wanita idaman dari anas dan juga heru. Siapa yang bisa menduga kalau kita memiliki wanita idaman yang sama”

“Hingga akhirnya kita masing-masing bingung dan banyak bertanya di dalam hati yang membuat selama seminggu kita tidak saling berkomunikasi seperti biasanya”

“Aku pun banyak bertanya di dalam hati. Namun apakah kegundahan ini akan aku biarkan terus menerus dan melupakan persahabatan kita”

“Maka dari itu, malam ini kita sama-sama mencoba untuk menyelesaikan dan melepaskan permasalahan ini”

“Karena persahabatan ini jangan sampai putus hanya karena permasalahan yang sepele. Karena menyukai satu wanita yang sama.”

***

Malam itu berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.

Kami telah melupakan masalah tersebut dan tentunya pesahabatan ini harus tetap berlanjut.

Masing-masing dari kami bercerita terkait pertemuan dengan sosok wanita bernama maya yang menjadi inti dari pembicaan.

Kami akhirnya paham. Walaupun ada gelak tawa yang wewarnai ketika kami bercerita.

Kalau aku, mungkin kalian sudah tahu kapan aku berkenalan dengan maya.

Kalau heru :

Sejak aku dan maya chatingan di facebook pertama kali, aku tidak begitu peduli kalau dia baru saja pindah dari kalimantan. Dan siapa yang peduli. Namun pulau kalimantan yang besarnya hampir empat kali pulau jawa ini ternyata sempit juga. Maya adalah tetangga heru waktu tinggal di banjarmasin sana. Karena maya ingin mencari peruntungan lain sekaligus ingin mengenyam pendidikan yang lebih baik, maya pindah ke kota ini. Dan pastinya keluarga maya di kalimantan sana mengontak keluarga heru karena tahu mereka tinggal di kota ini. Walaupun maya sudah punya keluarga jauh di kota ini yaitu Disa, tapi karena sudah menjadi tetangga baik maka keluarga maya pastinya mengabari keluarga heru. Selain hubungan antar keluarga yang terjalin dengan baik, begitu pula anak-anak mereka yang mana heru ingin memulai mencoba menjalin hubungan baik juga dengan maya. Saling kirim pesan lewat sms pun berjalan.

Hingga akhirnya menjelang malam tahun baru heru mencoba mengajak maya untuk melihat pesta kembang api di pusat kota dimana tempat kami kemarin merayakan malam tahun baru. Karena maya sudah terlanjur janji dengan Disa beserta keluarganya untuk merayakan tahun baru di lokasi yang sama, maka maya menolaknya. Akan tetapi karena mungkin tidak enak dengan heru, maya mencoba membagi waktu untuk bertemu dengan heru walaupun tidak lama. Pantas, setelah aku selesai dari toilet dan kembali ke lokasi, heru tiba-tiba izin alasanya mau ke toilet juga.

Dan selanjutnya, ketika malam itu anas memberikan tantangan kepada kami. Heru langsung setuju karena akhir-akhir ini dia sudah memiliki seorang wanita yang dekat dengannya, apalagi masuk ke dalam tipenya. Ya, dia adalah maya.

Kalau anas :

Seperti yang telah aku sebutkan di atas, maya ingin mencari peruntungan di kota ini. Dan ketika aku chating dengan dia, dia sudah mendapatkan pekerjaan baru disini. Kerja sekaligus jalan-jalan. Pertama aku berfikir kalau maya bekerja di dinas pariwisata. Ternyata tebakanku keliru. Maya adalah pegawai baru di perusahaan travel milik anas dan dialah wanita yang di ceritakan anas pada malam itu.

Tidak disangka-sangka memang. Namun kami menyadari bahwa dari permasalahan tersebut kami mendapatkan suatu pembelajaran yang berharga untuk persahabatan ini. Dan kami juga belajar bahwa apalah artinya wanita yang kita idam-idamkan kalau harus mencederai arti persahabatan serta ini juga menjadi intropeksi bagi kita bahwa untuk mencari dan mendapatkan cinta tidak perlu terburu-buru karena walaupun masa senja sudah di depan mata, ingatlah bahwa tuhan telah menciptakan kita berpasang-pasangan jadi jangan pernah merasa patah arang dan usai untuk mencarinya dan yang paling penting adalah cinta itu tidak instan kawan.

Terimakasih.

(cerita ini hanyalah sekedar cerita dan fiktif belaka. Jadi, bila ada kesamaan baik itu nama maupun alur cerita mohon dimaklumi dan hal tersebut bukanlah dari kesengajaan belaka akan tetapi hasil dari renungan penulis sendiri).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun