Mohon tunggu...
Cerpen

Seharian, Penjual Cilok, dan Cita-cita Basi

26 November 2018   20:05 Diperbarui: 26 November 2018   23:13 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

P: ahh.. masih saja panas..

Pm: sabarlah.. tunggu sebentar..

Sekarang Parto sepertinya merasa lebih penting untuk meneruskan pembicaraan.. dilihatnya tajam ke arah penjual mie yang sudah duduk dengan sebelah kaki kirinya telekan di bagian kaki kanan.. dihadapannya yang dipisahkan bentangan meja.. tangan kanan Parto menjauhkan mangkuk dan juga gelas minumnya..

P: baiklah.. saya menyerah pak.. saya tak tahu.. beritahu saya.. hahaaa..

Pm: akhirnya.. kamu butuh seni untuk mengetahui ini.. dan saya yakin.. kalau keinginanmu         sekuat proses dan keinginan belajarmu.. maka kau akan berhasil..

Terlihat si penjual mie membetulkan posisi kakinya.. berdiri.. mendekat.. dan kembali menjenjangkan kedua tangannya di hadapan Parto.. tatapannya sekarang tajam.. dan sepertinya.. suaranya sebentar lagi akan menjadi lebih berat lagi.. hanya saja.. sebaliknya.. malah terlihat setengah tergopoh.. penjual mie itu bergerak ke arah kiri dalam melalui pintu bertirai.. ruangan dalam rumahnya.. terlihat sesaat tangannya menunjuk ke bidang tertentu di arah atas hadapan Parto duduk.. Parto mencarinya.. dan menemukan speaker.. Parto terlihat menggeleng.. dan tak lama.. si penjual mie telahpun pada posisi sebelumnya.. dan.. lagu barat band beegees pun menari-nari dari dalam speaker itu.. penjual mie itu seperti menahan nafas.. menatap tajam.. Parto tertegun.. entah bagaimana ekspresinya.. tercampur nada-nada.. sungguh menggelikan..

Pm: dengan berat hati.. saya katakan.. inti politik itu adalah sakit hati..

P: apa?! Sakit hati?!

Pm: ya sakit hati.. adonan menjijikkan dari rasa geram.. dendam.. sayang.. geli dan tak berdaya..

P: hahaaaa... tak mungkin.. sungguh tak mungkin.. 

Pm: begitulah adanya.. kau bukan alien.. kau produk dari masyarakatmu.. hentikan utopia keakuanmu itu.. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun