Mohon tunggu...
Cerpen

Seharian, Penjual Cilok, dan Cita-cita Basi

26 November 2018   20:05 Diperbarui: 26 November 2018   23:13 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

P: bagaimana mungkin sesuatu yang sangat psikologis seperti rasa sakit hati itu menjadi inti politik..

Pm: ya begitu adanya.. hanya 1 dari 10 politikus hebat yang tercipta dari lingkungan yang tidak sakit hati.. 

P: tak mungkin..

Pm: ya nanti kau juga yang akan membuktikannya sendiri..

P: naif sekali pengertianmu bapak..

Pm: terserah.. tapi begitulah adanya.. semua butuh waktu.. sisanya kehendak Tuhan.. 

Sekarang.. Parto sepertinya sumringah.. diraihnya gelas dan mangkuk itu.. dimakannya suap demi suap.. lahap.. sangat bersemangat.. sampai mangkuk yang penuh tumpukan mie itu hanya tinggal beberapa sendok lagi.. dentingan sendok itu seperti malu berbunyi ditimpa irama salah satu lagu abba yang terkenal itu.. sementara.. si penjual mie masih berdiri.. menghisap dalam rokoknya.. dan sesekali seperti menyeka wajahnya dekat bagian mata.. entah apa yang disekanya..

Desir angin di padang sedikit luas itu bercampur dengan bunyi kresek dahan ranting di tangan Parto yang meliuk-liuk melukis gesekan di pasir bercampur tanah itu.. tatapannya kosong.. bahkan sesekali ranting di tangan kirinya dipindahkannya ke kanan.. seolah-olah gerakannya melihat jam di pergelangan yang tak berjam tangan itu..

Sesekali diraihnya handphone di saku bajunya.. setelah tuts terpijit dia dekatkan ke telinganya.. beberapa saat.. tapi mungkin tak ada jawaban.. diulanginya.. mungkin 2 3 kali.. lalu seperti lemas.. dia kembali duduk di atas tanah lapang itu.. sepertinya Arif tak kan datang menemuinya..

Seorang penjual cilok terlihat lewat.. mendekat disamping Parto yang sedang duduk di bawah salah satu pohon tanah lapang itu.. entah untuk menghibur hati atau apa.. dia pun membelinya.. cilok kuah kari.. dan waktupun berjalan.. seharian sudah menunggu.. ditambah kilasan memori.. cita-cita yang selalu dihangatkan seorang Parto untuk kehidupannya.. diniatkannya untuk masyarakat banyak.. entah sampai kapan..

Sementara sebentar lagi magrib..

  

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun