Mohon tunggu...
Cerpen

Seharian, Penjual Cilok, dan Cita-cita Basi

26 November 2018   20:05 Diperbarui: 26 November 2018   23:13 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

P: yang penting.. apa  ya.. oh.. kesadaran sejarah.. kesadaran moral.. kesadaran etis..

Pm: hahaaa.. kesadaran sejarah oklah.. tapi itu.. kesadaran moral.. kesadaran etis.. apa masih        aktual.. relevan?!

P: maksudmu pak..

Pm: begini.. kesadaran sejarah.. dibutuhkan dan hampir tak ada masalah.. karena kemampuan sejarah untuk eksis itu harus dibagi fungsinya oleh seberapa banyak orang yang suka sejarah.. seberapa banyak suport anggaran pemerintah untuk melanggengkan dan mendidikkan makna sejarah.. lalu bandingkan dengan seberapa banyak orang yang lebih suka topik-topik non sejarah lewat pemakaian hapenya..

P: wah.. wah.. teoritis banget pak..

Pm: lho.. memang begitu adanya.. tak percaya.. coba saja teliti.. lha ini kamu bilang inti politik kesadaran moral.. kesadaran etis.. hahaaa.. coba lihat senyata mungkin.. apakah itu benar.. apakah hal-hal itu bisa kau saring dari lingkungan masyarakat kita saat ini..

P: tentulah.. masyarakat kita sangat moralis..

Pm: yaa.. di saat korupsi masih merajalela..

P: masyarakat kita masih ingin pemimpin yang bersih..

Pm: yaa.. di saat tanpa kita sadari.. kita hanya ingin lingkungan yang tidak  benar atau salah.. tapi efisien walau tak efektif..

P: itu terlalu mendikte pak.. itu terlalu spekulatif..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun