"Pergilah kamu berdua (wahai Musa dan Harun) kepada Fir'aun, Sesungguhnya dia Telah melampaui batas; Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS.Thaha: :43-44).
Lemah lembut bukan berarti tidak boleh tegas. Dalam arti kata lain, perkataan tegas harus menggunakan bahasa yang lembut yang mungkin sangat kecil kemungkinan untuk menyakiti hati orang lain. Pengertian lainnya bisa bermakna perkataan yang lemah lembut dimasukan agar lebih dapat menyentuh hati dan menariknya untuk menerima dakwah.
Komunikasi profetik yang dinampakan oleh Nabi Musa dalam penyampaian kepada seorang pemimpin bisa dijelaskan sebagai berikut:
- Larangan berkata keras, berarti bahwa suara yang bernada keras dan tinggi akan mendatangkan emosi yang berlebihan, mengundang setan, dan meruntuhkan akal sehat;
- Larangan berkata buruk, (kata kata yang kotor);
- Perintah berkata lunak, yang bernada sederhana.
- Komunikasi Nabi Musa dengan Bani Israil
Komunikasi Nabi Musa kepada kaumnya yaitu Bani Israil lebih kepada gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh Nabi Musa. Banyak ayat yang menjelaskan bagaimana komunikasi Nabi Musa kepada kaumnya tersebut. Bisa dijelaskan diawal bahwa Nabi Musa  memiliki  tekad  kuat  dan  sabar  dalam menghadapi cobaan, mengingatkan kaumnya untuk selalu bersyukur atas karunia Allah, seorang  motivator  yang  sanggup  membangkitkan  semangat  kaumnya  yang berlandaskan keyakinan akan pertolongan Allah.
Kepemimpinan yang dilakukan oleh Nabi Musa ini menjadi penting mengingat beliau diutus  oleh  Allah  memiliki  dua  misi  yaitu  memimpin  pembebasan  Bani  Israil  yang sedang  dijajah  oleh  Firaun  dan  di  waktu  yang  sama  mempunyai  misi  untuk mendakwahkan tauhid kepada Firaun. Sungguh sebuah misi kenabian yang berat yang hanya dapat dilalui oleh seorang pemimpin yang memiliki daya juang, semangat, tidak mudah menyerah dan motivasi yang tinggi seperti yang dimiliki oleh Nabi Musa alaihiwassalam.
Beberapa uraian gaya kepemimpinan Nabi Musa dalam menjalankan kepemimpinannya antara lain:
- Gaya Kepemimpinan Paternalistik
Kepemimpinan paternalistik yaitu seseorang yang bertipe mengayomi, membimbing, dan melindungi seperti seorang bapak kepada anaknya. Dalam hal ini termaktub dalam Q.S Al-Araf ayat 128:
"Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa" (Q.S Al-Araf: 128).
Dalam ayat ini, Nabi Musa alaihisalam menenangkan hati kaumnya dan memohon kaumnya untuk bersabar atas segala cobaan dan meminta pertolongan Allah subhana wata'ala Yang Maha Kuasa lagi Perkasa. Jangan berputus asa karena bumi ini kepunyaan Allah subhana wata'ala.
- Gaya Kepemimpinan Kharismatik
Kepemimpinan kharismatik didasarkan pada kualitas luar biasa yang dimiliki oleh seseorang sebagai pribadi. Pengertian ini bersifat teologis karena untuk mengidentifikasi daya tarik pribadi yang ada pada diri seseorang, harus menggunakan asumsi bahwa kemantapan dan kualitas kepribadian yang dimiliki adalah anugerah Tuhan.
Pemimpin kharismatik biasanya lahir ketika suasana masyarakat dalam kondisi kacau. Kondisi seperti ini memerlukan solusi yang tepat dan tuntas agar situasi masyarakat kembali normal. Dalam konteks demikian, tidak heran bila kepemimpinan kharismatik kadang mendekati otoriter untuk mengambil keputusan yang tegas.