“Maksudmu?”
“Kita buka outlet. Kita sewakan. Kita bisa dapat uang.”
“Siapa yang mau menyewa?” tanya Sabrina.
“Kita tawarkan saja dulu pada teman-teman. Saya saja pengin jualan mainan,” kata Trisa.
“Iya, saya juga pengin jualan kue. Boleh?” kata Balqis.
“Tetanggaku juga pasti mau. Boleh?” tanya Sasa.
Diskusi berjalan seru. Dan diputuskan untuk melakukan pendaftaran peserta bazar. Ternyata bukan hanya para siswa, beberapa orangtua siswa yang bekerja di beberapa perusahaan bersedia membuka outlet di pentas seni sekolah.
“Lumayan. Tapi belum cukup,” kata Iksan.
“Berati kita harus memeras otak lagi,” kata Trisa.
“Kamu aja, saya tak mau.”
“Lho?”