“Aku pasti bisa!” Mudofar menguatkan hati.
Sedang asik-asiknya menyapu, ada panggilan Salman. Sepertinya ada yang penting sekali. Soalnya, Salman terburu-buru.
“Far, Mudofar!” panggil Salman.
“Ada apa, Man?” tanya Mudofar sambil terus menyelesaikan pekerjaan menyapunya yang tinggal sedikit.
“Dipanggil Pak Wirman!” tambah Salman.
“Apa?” tanya Mudofar setengah tak percaya. Baru kali ini dipanggil Pak Wirman sejak peristiwa dua bulan yang lalu.
“Dipanggil Pak Wirman!” seru Salman tepat di kupingnya.
“Ada apa?” tanya Mudofar.
“Meneketehe. Cepat sana! Kelihatannya dia sedang marah besar! Hati-hati saja,” pesan Salman.
Pak Wirman, guru pembina OSIS ini pernah marah. Tepatnya dua bulan yang lalu. Bukan sembarang marah. Pak Wirman sepertinya marah sekali dengan Mudofar. Bahkan sampai diusulkan agar Mudofar dipecat dari jabatannya sebagai ketua Rohis kepada Pak Badrudin. Untung Pak Badrudin, sebagai guru agama membela Mudofar. Dan tetap mempertahankan Mudofar sebagai ketua Rohis di SMP Putera Bangsa.
Peristiwa itu memang sudah lama. Kejadiannya memang dua bulan yang lalu. Tapi kejadian itu betul-betul membuat sok Mudofar. Mudofar masih ingat persis penyebabnya. Penyebab semua itu adalah saat Mudofar membeli majalah cerita remaja. Dan majalah itu dijadikan penghuni perpustakaan musola dan diletakkan di Musola sekolah. Sesuatu yang sebelumnya tak pernah dilakukan oleh siapa pun.