Mereka pun segera ke rumah sakit. Dijumpainya Ica yang terbaring. Masih koma. Sosok yang biasanya paling banyak berceloteh itu, kini diam. Pucat wajahnya.
"Bagaimana?" tanya Monika.
"Kaki Ica harus diamputasi," jawab Bagus.
"Dua-duanya?"
"Satu. Yang sebelah kanan."
Ica yang sedikit siuman mendengar pembicaraan itu. Dan dunia ini seakan begitu kelam. Ica menangis begitu keras. Membanting dan memporak porandakan segalanya.
“Mati saja. Aku ingin mati!” teriak Ica.
Sehingga dokter pun menyuntikkan penenang untuk menenangkan Ica. Ica sudah mulai tenang. Tapi hatinya belum bisa menerima kenyataan. Kenyataan tak punya lagi sebelah kakinya.
***
"Ada teman kamu Nis," kata Mama Ica.
"Siapa?" tanya Ica.