Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Masih Ada Asa Tersisa

9 Juli 2015   07:01 Diperbarui: 9 Juli 2015   07:01 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fitri tak marah.  Fitri sudah tahu bagaimana sikap teman yang satu ini.  Biarlah.  Semoga suatu saat Tuhan memberinya kesadaran.

Saat malam sepi, Ica tak bisa memejamkan mata.  Bunda terlelap di samping ranjangnya.  Wajahnya begitu lelah.  Sehabis kerja langsung ke rumah sakit.  Menemani Ica.  Mungkin kecapaian.  Ica ingin membangunkannya.  Ica haus.  Tapi Ica merasa kasihan.

Buku dari Fitri masih tergeletak di sisi tempat tidurnya.  Diraihnya buku itu.  Dibolak-balik berkali-kali.  Tak tertarik.  Diletakkan lagi buku itu.

Tapi mau apa malam-malam begini?

Diliriknya buku itu lagi.  Tak ada yang menarik.  Ada satu buku lagi.  Ternyata Fitri memberi Ica dua buku.  Di buku yang satunya lagi tertulis nama, “FITRI”.  Haaaaah?  Bukunya Fitri?  Pikir Ica.  Si anak kuper itu ternyat bisa menulis buku?

Ica membuka halaman pertama.  Dibacanya.  Ih, ternyata bagus juga.  Cerita tentang anak yang hidup dengan kaki yang tak berfungsi.  Sejak lahir.  Jadi tak pernah merasakan, bagaimana berjalan.  Maka sejak lahir pun dia harus berjalan dengan kursi roda.

Tapi dia tak menyerah.  Kebiasaannya membaca buku telah membuatnya banyak cerita.  Dan dia menceritakan perjuangannya untuk menjadi manusia bermakna tanpa harus merasa terhina.

“Fitri.”

Anak cacat itu ternyata hebat.  Bisa menulis sebuah buku.  Ica menyesal.  Selama ini dia menghinanya.  Hanya karena kecacatannya.  Tentu tak adil.

Ica membaca.  Penuh rasa.  Ternyata tulisan itu begitu hebat.  Kata-katanya begitu memikat.  Halaman pertama langsung habis.  Tapi mata tak ingin lepas dari huruf-huruf itu.  Ica terus menelusuri cerita Fitri.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun