"Fitri."
"Nggak. Tak usah!" Ica punmembalikkan badannya.
Kejadian yang sama sudah tiga kali terjadi. Ini adalah yang keempat kalinya. Fitri ingin menjenguk Ica. Tapi Ica selalu menolak untuk menemuinya.
“Biarkan dia masuklah, Nis. Sebentar saja,” kata Mama Ica yang merasa kasihan kepada Fitri yang sudah susah-susah datang untuk menjenguk Ica.
“Ya sudah,” kata Ica yang tak ingin berbantah lagi dengan Mamanya.
“Bagaimana keadaanmu, Nis?” tanya Fitri.
“Sudah baikan. Ada apa?” kata Ica dengan wajah yang terus menghadap tembok.
“Aku hanya ingin memberimu buku. Buku yang juga telah membuatku menerima kenyataan yang menyakitkan, ” kata Fitri.
"Heemmm."
“Dulu. Aku sama seperti kamu, Ca. Merasa diri paling tersiksa. Merasa Tuhan tak adil. Tapi berkat buku ini, aku berubah. Coba kamu baca. Mudah-mudahan bermanfaat,” kata Fitri.
“Ya,” kata Ica sambil melempar buku itu ke meja.