Sebuah pukulan hampir mendarat di pipi Hamda. Untung Hamda sudah memegang sabuk hitam. Sehingga sebelum tinju itu mendarat, si punya tinju sudah terjengkang ke belakang.
Reza terkapar. Bangun lagi. Masih dengan kemarahan yang penuh. Mencoba untuk meninju Hamda lagi. Tapi tangan Reza sudah dipelintir hingga Reza hanya mampu meringis.
Menyerah?
Tidak. Reza hanya menyingkir. Sambil terus memikirkan langkah lanjutan. Dendam.Â
***
Sore belum penuh. Matahari terlihat redup. Sore terlihat masih agak terang. Di teras, Hamda sedang membaca buku pelajaran. Seminggu lagi akan ada ulangan tengah semester.
Bunda dan Sevi sedang menjenguk Ayah. Hamda tak ikut menjenguk. Karena tadi siang harus ikut olipiade sains di Duren Sawit. Sudah rindu sama Ayah. Tapi Ayah yang memaksanya agar Hamda ikut acara Olimpiade.Â
Di dalam rumah sepi. Sehingga Hamda belajar di luar rumah. Sambil menikmati sore.
"Hamdaaaa....!" sebuah panggilan dari arah jalan.
Hamda kaget mendengar panggilan yang tampak tergesa-gesa itu. Ternyata Bunda. Sevi tersenyum di sampingnya.
"Ada apa, Bun?"