Di perpustakaan sepi. Anak-anak memang tak ada yang senang istirahat di perpustakaan. Kecuali si Ismi. Dia memang kutu buku. Setiap ada buku, pasti dia nempel di situ. Mimpi pun saya rasa mimpinya baca buku. Tidurnya juga berbantal buku. Mandinya juga di atas buku. Hamda tersenyum sendiri. Masa mandi di atas buku? Pasti bukunya hancur.
Hamda balik kanan. Jalan buru-buru ke kantin. Sebuah tempat yang sangat mungkin untuk mencari Agam. Saking buru-burunya, tak melihat ada Saogi di depannya.
“Kalau jalan lihat-lihat dong!” bentak Saogi yang hampir tertabrak Hamda.
“Maaf, besok-besok aku kecilin perut deh,” kata Hamda meledek Saogi yang badannya gendut. Bahkan nyaris bulat. Untung saja Saogi tak sekelas Agam. Kalau satu kelas, pasti Saogi sudah ditendang oleh Agam entah ke mana. Karena disangka bola yang terlalui lama dipompa.
Kantin.
Jangan-jangan mereka semua berkumpul di kantin. Dan .. memang betul. Mereka sedang tertawa-tawa di kantin. Melihat Hamda, mereka langsung bubar jalan.
“Mana?” tanya Hamda saat dapat memegang tangan Agam.
“Diambil Farel,” kata Agam.
Ah, harus nyari Farel lagi. Membosankan. Akhirnya Hamda menyerah. Hamda duduk saja di ruang kelas. Nanti juga mereka pada masuk kelas. Daripada capai mencari.
“Nih,” kata Farel menyerahkan pin Leonel Mesi kepada Hamda. Hampir saja Hamda marah. Percuma. Marah pun tak ada manfaatnya. Tetap saja pin Leonel Messi pecah. Biar saja. Kan di rumah masih ada lagi.
Hamda paling suka pin pemain bola. Apalagi dengan gambar Messi.