Bunda hanya diam. Hanya saja, dari matanya terbayang mendung yang membayang. Mendung yang sedikit lagi akan mengalirkan mutiara-mutiara bening.
Baru kali ini. Ya, baru kali ini Hamda melihat bulir-bulir itu mengalir di pipi Bunda. Pasti Bunda sedang sedih.
“Bunda, Hamda pindah ke sekolah negeri saja, Bun. Kalau di sekolah negeri kan tak perlu membayar. Paling-paling hanya untuk ongkos angkot,” usul Hamda.
Bunda masih diam.
“Sevi juga pindah ke SD negeri saja, Bunda,” kata Sevi.
Bunda hanya merangkul mereka berdua.
***
Padi sekali Hamda sudah salat subuh. Minum susu yang sudah dibuatkan oleh Bundanya. Berjalan kaki menuju jalan raya untuk naik angkot. Hamda tak lagi naik ojek. Terlalu mahal. Kasihan Bunda.
"Anak baru, ya?" tanya seorang anak yang memakai seragam sama dengan Hamda.
"Iya," jawab Hamda singkat.
"Pindahan?" tanyanya lagi.