"Tak usah pakai tapi. Ayah akan berusaha untuk mengusir hantu itu. Tenang saja kalian. Tak ada kan hantu yang makan orang? Iya, kan? Doakan agar teman Ayah yang dukun itu mampu mengusir hantu di rumah ini," kata Ayah memutuskan.
Ayah betul.
Sorenya, teman Ayah yang katanya orang pintar itu datang. Ia mencoba mengusir hantu itu dengan ilmu yang dimilikinya. Selama satu malam ia tinggal di rumah. Dia diam di kamar belakang. Memang malam-malam terdengar suara-suara aneh dari kamar belakang itu. Hasilnya?
"Bagaimana?" tanya Ayah.
Teman ayah itu menggeleng-gelengkan kepala. Berarti tanda menyerah. Dan tak bisa meneruskan upayanya mengusir hantu itu.
"Terus?" tanya Ayah lagi.
"Bapak cari orang yang lebih hebat dariku. Terlalu kuat dia," jawab teman Ayah itu.
Teman Ayah itu menyerah. Katanya, hantu di rumah Gusti terlalu kuat untuk ditaklukannya. Dan mimpi itu. Bukan hanya Ayah dan bunda yang mengalaminya. Sekarang, Oca dan Gusti juga dihantui oleh mimpi itu. Mereka berdua pun terlihat mengantuk di kelas karena sering terbangun tengah malam dan tak bisa tidur lagi hingga pagi.
Tak boleh dibiarkan, tekad Gusti. Harus dilawan. Tak ada istilah menyerah. Tapi bagaimana cara melawannya. Gusti mulai garuk-garuk kepala. Seperti biasa, tanda kalau Gusti sedang mikir ya dari garuk-garuknya itu. Bukan karena kepala Gusti jarang keramas sehingga kepalanya penuh ketombe. Pasti bukan karena itu. Hanya sebuah kebiasaan saja. Tak enak kalau mikir tak garuk-garuk kepala. Semakin keras Gusti berpikir, maka semakin sering pula Gusti menggaruk-garuk kepalanya.
Pindah rumah lagi? Wah, ini sih menyerah. Tak perlu pindah rumah. Walaupun awalnya Gusti agak kurang setuju, tapi lama-lama Gusti justru merasa betah tinggal di rumah barunya. Sepi. Tak berisik. Sehingga enak untuk melamun. Apalagi kalau melamunkan cowok pindahan di kelasnya. Sepertinya dia boleh juga. Atau Yoga. Eh, bukan. Bukan karena itu. Gusti betah karena Gusti bisa tenang belajar di rumah barunya itu.
"Manusia itu dicipta oleh Tuhan sebagai makhluk paling sempurna. Tak ada yang bisa mengalahkan manusia. Apalagi setan. Kita lebih hebat dari setan. Jangan pernah takut sama setan. Kalau kita berani maka setan yang takut sama kita," Gusti teringat kata-kata ustadnya saat dulu sekolah di SD. Ustad Ari namanya.Â