"Akh!" aku memekik pelan saat rambut kusutku dijambak kasar oleh wanita besar itu.
"Sudah kubilang pergi dari sini!" ia mendorongku kasar, hingga keluar dari emperan toko, dan terjerembab ke tanah. "Dan..." dengan senyum sinis ia menghampiri adik kecilku yang terlelap di emperan toko. Mataku melebar ngeri.
Apa yang akan dilakukan wanita jahat itu padanya?
"TIDAK!" teriakku saat melihat kaki si perempuan jahat jelek bergerak, dan menendang perut Drew keras.
Adikku yang malang itu tersentak bangun lalu menangis kencang. Aku buru-buru menghampiri, membawa Drew ke pelukanku untuk menenangkannya.
"Bukankah anda bisa memberitahuku secara baik-baik, Nyonya?" aku memandangnya marah, "anda tidak perlu menendang adikku seperti tadi!" mataku mulai berair.
Sambil menendang lututku, wanita itu menyuruh kedua anaknya untuk tidur di tempat Drew tidur tadi.
"Kalau begitu bawa pulang adikmu ke rumah dan jangan keluyuran di luar malam-malam," cibirnya, "ah aku lupa. Kalian anak gelandangan kan?" cemoohnya memberiku senyum sinis.
Kita ini sama-sama tunawisma, sialan!
Aku menatap marah pada perempuan itu, aku ingin sekali menampar wajahnya yang menyebalkan itu. Tolong jangan ajari aku tentang azas kesopanan terhadap orang yang lebih tua, karena ayah dan ibuku tidak pernah mengajarkanku seperti itu.
Dan apakah orang tua seperti ini patut untuk dihormati?