Mohon tunggu...
miyaa dewayani
miyaa dewayani Mohon Tunggu... -

Saya hanya seorang penulis amatiran yang memiliki hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Batas [Part 1]

9 November 2013   11:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:24 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Mengabaikan jawabanku, Drew membagi pizza kecil itu menjadi dua, lalu memasukan salah satu potongan kecilnya ke mulutku. Tenggorokanku tercekat, rasanya begitu aneh dan memuakan karena tercampur dengan bau busuk sampah. Aku terpaksa menelannya. Dan hatiku begitu hancur saat melihat Drew yang tampak menikmati pizza basi itu.

Ya Tuhan! Kenapa kau memberikan takdir yang seperti ini untuk kami berdua?

Setelah Drew tertidur, aku melangkah pergi dari tempat itu sambil menggendong adikku. Berjalan tanpa arah dan tujuan menyusuri trotoar. Aku tidak tahu akan jadi seperti apa kami nanti.

Mataku menatap ke arah sebuah restoran Italia mewah tempat orang-orang berduit bisa menikmati makanan lezat bisa menikmati makanannya. Ah, seandainya saja aku bisa mengajak Drew untuk makan di sana.

Jangan mimpi, Senna! Aku menggeleng memarahi diriku sendiri karena impian kosong yang baru saja melintas di kepalaku.

Dan ketika aku kembali menoleh ke arah Restoran itu, tatapan mataku bersirobok dengan tatapan tajam dari sepasang mata perak menawan milik seorang lelaki rupawan berambut tembaga. Untuk sesaat aku terhanyut dalam pandangannya. Dia memiliki wajah yang begitu tampan dan... sempurna? Seperti aktor-aktor dalam poster film, yang sering kulihat di tempat kerjaku.

Ah, apa yang sedang kupikirkan? Aku baru tersadar ketika lelaki itu berpaling dariku, mengalihkan pandangannya ke seorang gadis pirang seksi berpakaian minim yang menghampirinya.

Senna Larson! Berhentilah bermimpi! Batinku kemudian melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat untuk aku dan Drew tidur malam ini.

Akhirnya aku menemukan sebuah tempat yang 'sempurna' untuk beristirahat malam ini. Di sebuah toko obat kecil dengan emperan yang cukup bersih. Aku pikir, aku dan Drew bisa tidur di emperan tersebut, dan kami akan pergi pagi-pagi sekali sebelum si pemilik toko mengusir kami dengan kasar.

"Pergi kau! Di sini tempat kami!" aku tersentak mundur oleh tarikan kasar dari seorang wanita paruh baya, bertubuh besar dengan pakaian compang-camping.

Ia bertolak pinggang sambil menatapku galak. Ia marah dan menuduhku mengambil tempatnya. Di belakang wanita itu aku melihat dua bocah lelaki berusia delapan dan dua belas tahun, yang merupakan replika dari wanita besar itu, menatapku tak suka. Aku menelan ludah. Sepertinya aku salah. Aku membaringkan Drew di tempat mereka biasa tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun