Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Petualangan Cinta Air dan Api

31 Desember 2018   09:25 Diperbarui: 31 Desember 2018   09:41 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bab VI

Ini...Seperti elang yang kehilangan matanya.
Terbang tinggi menguasai angkasa, namun arahnya justru menghunjam bumi.
Ini...Seperti harimau yang kehilangan taringnya.
Mengaum sekeras gempa, namun hanya tertatih ketika melintas seekor mangsa.
Ini...Seperti angin yang kehilangan badainya.
Menderu deru ingin menyapu semua, namun sehelai daunpun tak berguguran jua.
Ini...Seperti jeram yang kehilangan derasnya.
Menghempas bebatuan berulang ulang, namun hanya gemericik yang terdengar saja.
Ini...Seperti dunia yang kehilangan mataharinya.
Mencekam, gelap, tanpa cahaya, mengunci diri dalam sepi tanpa sedikitpun daya.

Bab VII

Alas Roban. Arya Dahana dan Bimala Calya harus menempuh perjalanan berhari-hari hingga akhirnya tiba di Alas Roban.  Perjalanan yang dilalui cukup lancar tanpa rintangan yang berarti.  Bimala Calya benar-benar merasakan bagaimana berbuat baik adalah hal yang menyenangkan.  

Membantu seorang ibu yang keberatan membawa kayu bakar sambil menggendong anaknya yang masih bayi.  Menolong seorang gadis yang dipaksa menikah karena orang tuanya terlibat hutang dengan seorang tuan tanah.  Menangkap seekor buaya di sebuah sungai di kampung yang membuat warganya tidak bisa mengambil air kebutuhan sehari hari.  Mengusir segerombolan pembuat onar di sebuah desa yang damai.

Dan banyak lagi hal-hal kecil yang dilakukannya bersama Arya Dahana. Hal hal kecil yang bermanfaat bagi orang lain.

Semakin lama bersama dengan Arya Dahana membuat Bimala Calya seperti kehilangan masa lalunya yang suram.  Pemuda konyol dan tengil itu telah memikat hatinya hingga ke dasar sukma.  Gadis itu sangat yakin tidak akan sanggup berpisah dengan Arya Dahana.  Jikapun itu terjadi, dia berharap hanya kematian yang memisahkan.  Bukan gadis lain atau hati yang lain.  

Kadang-kadang pemikiran seperti ini membuat Bimala Calya termenung.  Pemuda itu selalu memperhatikan dia.  Tapi dilihatnya itu karena memang pembawaan si pemuda.  Selalu perhatian terhadap orang lain melebihi perhatian kepada diri sendiri.

Pemuda ini jauh-jauh mencarikan obat bagi seorang gadis yang justru sebelumnya memusuhinya.  Sedikit demi sedikit gadis itu berhasil mendapatkan cerita dari Arya Dahana tentang perjalanan hidupnya.  Hmmm...banyak sekali gadis yang terlibat dalam hidup pemuda ini... dan sekarang dia masuk dalam lingkaran kehidupan si pemuda.  

Mungkin Arya Dahana tidak menyadari bahwa dia terlibat dengan banyak hati yang mengelilinginya.  Bimala Calya bertekad untuk berjuang mendampingi pemuda ini hingga akhir hidupnya.  Gadis ini tidak peduli dia harus berhadapan dengan siapa saja.  Dia cantik, berilmu tinggi, dan punya tekad membaja.

Tidak sampai tengah hari Arya Dahana yakin mereka bisa sampai ke tempat tinggal Ayu Wulan.  Arya Dahana sangat bersemangat.  Ada rasa rindu ingin berjumpa dengan Dyah Puspita.  Gadis itu sangat mengasihinya.  Arya Dahana merasakan itu dalam setiap tatapan matanya, sentuhan lembutnya, dan perhatiannya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun