Kutangkup bibirmu, rebahkan
Sebab malam bukanlah permainan
Dan cinta akan segera kita rayakan
Kusebut namamu di langit rusia
***
Komunikasi kami akhirnya tersambung kembali. Satu kata yang mengagetkan nyaliku, "Tik, aku ingin hubungan kita tak hanya sebatas mimpi. Aku ingin menidurimu tanpa dosa. Kita akan menikah."
"Menikah? Kamu serius, Bang? Bukankah kau sudah beristri secara sah? Lalu apa yang akan kau katakana kepadanya?"
"Aku katakan padanya aku mencintaimu dalam fase yang lain. Dan aku mimintamu untuk jadi istriku. Tunggu aku kembali ke tanah air. Aku sedang ada pekerjaan yang menyitaku di Rusia."
Busyet, kata-kata itu seperti ledakan. Entahlah, aku suka atau malah ini jawaban bahwa aku harus mengakhiri permainan gilaku di dunia remang.
Sanggupkah aku terima pinangannya menjadi wanita madu secara sah? Bukankah selama ini aku hanya ingin menjadi wanita candu bagi lelaki berduit tanpa embel-embel cinta? Mampukah ia memenuhi semua materiku? Karena terus terang aku belum siap menjadi miskin.
Menikah dengannya, apakah aku juga siap menjadi istri dengan kekangan pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak dari hasil bercinta dengannya? Tanpa legalitas hukum dan aku akhirnya terjajah?