Mohon tunggu...
Mia Ismed
Mia Ismed Mohon Tunggu... Guru - berproses menjadi apa saja

penyuka kopi susu yang hoby otak atik naskah drama. pernah nangkring di universitas negeri yogyakarta angkatan 2000. berprofesi sebagai kuli di PT. macul endonesa bagian dapor

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lelaki Langit

5 Oktober 2019   18:32 Diperbarui: 5 Oktober 2019   18:54 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Selama ini aku mati-matian memperindah tubuhku, menjaga imejku menjadi perempuan cantik dan secara komersil memang patut dipuji sebagai mahasiswa gedongan. Lalu, dengan ribuan teriakan di luar sana aku akan dicap sebagai istri muda penjilat harta dari lelaki kaya? Ah, ribet sekali.

Di sisi lain, selama ini aku tak pernah jatuh cinta. Seingatku dulu aku pernah pacaran ketika usia belia. Dengan teman cowokku bernama Alex yang semasa itu jago basket di SMA 11 Bintaro. Ya, gaya pacaran yang aneh, pulang bareng dengan motor bebeknya yang tak seberapa harganya. Yah, Alex, dia sekarang menjadi penyiar olahraga di stasiun televisi nasional.

Selebihnya aku tak pernah melibatkan cinta dalam setiap hubunganku dengan lelaki mana pun. Semata hanya rupiah yang kuinginkan. Perdebatan pikiranku semakin liar.

Tiga panggilan tak terjawab di ponsel yang kubeli dengan harga duabelas juta rupiah pemberian Langit. Ada satu inbox yang menuliskan sebait kata yang mendesak untuk kujawab segera.

"Tik, apakah tahun depan kamu siap?. Kita akan menikah secepatnya. Aku tak tahan diteriaki rindu seperti dingin memelas pada selimutku. Kita hanya perlu waktu sedikit saja. Membentangkan selimut malam dan melanjutkan mimpi-mimpi yang sempat tertunda."

Bibir ini meringis. Gigi-gerigiku menggigit ngilu bibir yang gemetar. Menahan dingin ac kamar yang kustel minus lima. Kubergegas ke kamar mandi. Kuiisi bathube dengan air hangat dengan taburan serb uk Bath Salt dengan aroma lavender. Kuingin berendam dalam kehangatan garam sejenak.

Aku ingin berdialog padanya tentang tawarnya air sungai dan masinnya air segara. Haruskah kuteguk air asin yang justru membuatku semakin kehausan atau aku harus merendam dalam air tawar yang keruh seperti susu coklat? Mengenalinya dan tenggelam ke dalam kawah panas dengan hati sebagai bahan bakarnya. Hangus dan lebur barangkali.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun