Mohon tunggu...
Mel Meiviana
Mel Meiviana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pengguna angkutan umum yang tidak pakai uang plastik alias e-ticket sebagai alat bayarnya. Juga menggunakan sepeda sebagai alat transportasi, bukan sekadar untuk rekreasi.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Surat untuk Menteri Perhubungan: Beranikah Pak Menteri membatalkan penghapusan subsidi kereta ekonomi?

26 Desember 2014   07:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:26 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Pak Rohen saya beritahukan perihal kenaikan tarif kereta eko & besaran angkanya, ia terkejut.”Kok pemerintah gitu banget ya?” ujar Pak Rohen dengan nada sedih. "Yah udah deh, ga bisa naik kereta lagi deh," ujarnya pasrah.

Penghapusan  subsidi kereta ekonomi bisa jadi akan membuat Keluaga Pak Rohen (dan keluarga-keluarga lainnya) kembali mudik naik motor. Menantang maut demi bisa berhari raya dengan orang tua dan sanak saudara di kampung. Atau bahkan tidak tahu kapan lagi bisa berkumpul dengan keluarga yang jauh karena tak mampu membayar ongkos perjalanan.

Sadarkah Bapak, berapa kenaikan harga tiket KA ekonomi?  Lebih dari 100%! Bahkan ada yang nyaris 200% Pak! Jika dilihat dari daftar kenaikan tarif tiket ekonomi, untuk KA Progo dan Bengawan jurusan Jakarta-Yogya, yang sebelumnya seharga Rp 50 ribu & Rp 55 ribu, naik menjadi Rp 100 hingga 140 ribu.

Ketika saya coba cek di internet, ternyata lebih dari setengah total jumlah kursi ditujukan untuk tarif atas, yaitu Rp 140 ribu. (Untuk lihat daftar kenaikan tarif kereta eko, baca artikel ini)

Dengan kenaikan harga tiket nyaris 3 kali lipat, terbayang kah oleh Pak Ignasius bagaimana derita mereka para ayah/ibu yang sehari-harinya bekerja di luar kota dan pulang tiap akhir pekan untuk berkumpul dengan keluarga? Atau mahasiswa yang menuntut ilmu di lain kota/ provinsi. Atau mereka yang harus bolak-balik berobat ke kota besar atau mengurus orang tuanya di kampung halaman?

Bagi para pendaki gunung, mahasiswa & backpackers, bagaimana mereka dapat melakukan penjelajahan dengan biaya murah? Apakah berwisata itu hanya diperuntukkan bagi mereka yang mampu?

Jika kelas menengah bawah saja merasa berat dengan kenaikan tarif tersebut, bagaimana dengan rakyat kecil? Ada berapa banyak orang yang tidak lagi mampu menumpang kereta ekonomi?

Menurut komunitas pengguna kereta eko Pulang Jumat Kembali Ahad (PJKA),”Kalau subsidi dihapus, tiket KA tidak terbeli karena harganya melambung, maka akan terjadi urbanisasi masif ke ibukota, karena pekerja yang tidak mampu beli tiket akan membawa keluarganya ke ibukota demi efisiensi. Dan ibukota akan semakin penuh sesak karena jumlah penduduk urban bertambah secara signifikan." (Baca: Aktivis PJKA Protes Kenaikan Kereta Ekonomi Jarak Jauh)

Menurut Pak Ignasius, tidakkah kebijakan ini akan berdampak pada bertambahnya jumlah penduduk di ibukota dan kota-kota besar? Tidakkah kebijakan ini justru menambah beban dan menurunkan daya dukung lingkungan di kota-kota besar?

Apa sih sebenarnya alasan penghapusan subsidi kereta ekonomi?

Awalnya saya pikir berita penghapusan subsidi kereta ekonomi itu hoax. Berita bohong belaka. Kan lagi musim ya Pak, menyebarluaskan fitnah di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun