Aku menyukainya.Â
Tiba-tiba angin berhembus, menerbangkan dedaunan kering di taman itu. Semua menjadi sunyi, yang terdengar hanya suara detak jantung kita berdua. Ia cukup lama terdiam, menunduk menatap tanah tempatnya berpijak.Â
"Walau hanya sekali alangkah menyenangkannya mendengar ia bilang suka padaku," bisik hatiku.Â
Cukup lama tak ada yang memulai bersuara. Kita membisu, sampai suara klakson menyadarkan kita.
Akhirnya aku tak perlu mengatakannya.Â
Kutarik tangannya, segera kuajak berjalan. Tanpa terasa hari sudah mendekati senja.Â
**
"Mana ada suka atau semacamnya?"Â
Tiba-tiba ia bersuara di tengah himpitan penumpang bus.Â
"Eh,"
"Aku ini seperti dikutuk. Berjalan, berlari, membawa makanan, menuang minuman, duduk selalu tidak pada tempatnya."