Ini adalah pernyataan cinta yang pertama bagiku. Bagaimana ini? Tidak hanya ia jawab, bahkan untuk berbicara saja tidak. "Bodoh banget, seenaknya berharap."Â
Kuputuskan untuk mengubur perasaan dalam-dalam. Kenapa harus menjadi sepasang kekasih, jika menjadi sahabat sudah cukup menyenangkan?
Kulangkahkan kaki keluar dari gerbang kampus. Belum jauh kaki melangkah tampak kerumunan orang, dengan seorang gadis tengah duduk di trotoar.Â
"Rency."Â
Kulihat wajahnya pucat berkeringat, menahan sakit. Dari cerita orang-orang ia terjatuh ketika sedang berjalan sendirian. Sebenarnya tidak sekali ini saja kulihat ia terjatuh, ketika berjalan, membawa makanan di kantin, menuang air minum ke gelasnya. Kecerobohan kecil sering dilakukannya. Tak jarang sering ditertawakan mahasiswa yang lain.Â
Ia menunduk seraya menahan sakit.Â
Darah di lututnya kubersihkan dengan saputangan, meskipun lelaki, ibu selalu memaksa tuk membawanya dan kali ini ada gunanya juga.
"Apa kamu perlu ke dokter?"
"Ah tidak, Ini hanya lecet biasa."
Kita kembali pulang bersama. Sebelum pulang kita singgah di taman kota, duduk di bangku kayu. Tuhan rupanya memberiku kesempatan kedua untuk bicara dengan situasi yang berbeda.Â
Ingin kukatakan sekali saja, tentang Rency.