Seperti pagi tadi, Ais mengajakku ke rumahnya. Kebetulan Nenek Ais adalah salah satu siswa juga di sekolah ini dahulunya. Sebenarnya tidak ada yang penting buatku namun seperti kata simbah, aku harus banyak bergaul dengan teman-teman khususnya yang berhubungan dengan sekolah ini. Dengan demikian akan timbul kecintaanku dengan kota ini.
"Hay," teriak Ais. "yuk kita pulang."
Gadis itu tiba-tiba sudah menggandeng dan mengajakku segera meninggalkan kelas Kesenian.
"Nenekku pasti sudah menunggu, beliau sangat ingin mengenalmu."
"Iya ... Iya ...."
Aku terpaksa mempercepat langkahku guna mengikutinya.
Lamat-lamat kudengar suara denting gitar Arin di kejauhan, ruang kelas yang mulai kosong, bangku-bangku coklat yang beberapa waktu lalu masih diduduki siswa-siswi mendengarkan pelajaran dari guru kini telah tertata rapi.
***
Denting suara gitar di ujung lorong kelas sekolah ini terdengar nyaring. Arin sedang memainkannya seorang diri sementara di pintu aku berdiri mematung memandang punggungnya. Terus memandangnya.
Ketika bel pelajaran berbunyi, aku hendak meninggalkannya untuk kembali ke kelas. Namun tiba-tiba Arin sudah berdiri di belakangku.
"Kamu kembali untukku, kan?"