Bayangan seorang gadis dengan lelaki sedang bernyanyi bersama di ruangan kosong. Di mana si gadis yang memetik gitar dan si lelaki bernyanyi dengan suara merdu. Tergambar dua wajah yang begitu bahagia, gadis itu Arin. Namun lelaki itu bukan aku. Siapakah lelaki itu?
Sampai nyanyian berakhir dan asap putih menyembul dari berbagai ruangan menutupi dua orang yang sedang berbahagia itu. Berapa saat kemudian asap kembali hilang dan menyisakan Arin seorang diri. Kemana lelaki itu? Siapa dia?
Tet ... Tet ... Tet ....
Suara bel istirahat berakhir mengembalikan kesadaranku. Bersamaan dengan itu bayangan gadis dalam bayanganku menghilang, pun demikian dengan Arin sudah tidak ada lagi di sampingku. Menyisa aku sendiri dengan pertanyaan memenuhi kepala.
"Besoklah akan kutanyakan kepada Arin saja," tukasku sebelum kembali kelas.
****
Kudatangi ruang kesenian siang ini, sudah tiga hari Arin tidak tampak di kelasnya. Bahkan seluruh ruangan sekolah telah kuperiksa. Semenjak terakhir kali kita bernyanyi dan berbincang perihal jam dinding di Aula.
"Dia juga tidak ada lagi di sini?" pikirku.
"Kamu di mana sih, aku kangen?"
Tiga hari tak melihat Arin seperti berpuluh-puluh tahu kehilangan. Entah bagaimana perasaan itu tiba-tiba ada di dalam pikiranku, apakah ini karena lelaki yang bersama Arin dalam bayanganku beberapa hari lalu? Entahlah.
Bagiku tidak ada yang memahamiku seperti Arin, meski sebenarnya ada satu teman perempuan di kelas yang memiliki perhatian lebih kepadaku, Ais namanya. Namun entah hanya dengan Arin kubisa bebas bercerita tentang banyak hal.