Mohon tunggu...
Maureen Assyifa Agnimaya
Maureen Assyifa Agnimaya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya seorang pelajar di salah satu SMA negeri di Bandung. Sebenarnya cita-cita saya adalah menjadi seorang fashion designer karena saya suka sekali menggambar. Saya juga suka menulis cerpen, dan beberapa kali pernah menjadi juara menulis cerpen di berbagai lomba. Di media ini, saya akan menitipkan cerpen-cerpen yang pernah saya ikut sertakan dalam lomba menulis. Semoga menjadi inspirasi buat siapapun yang mencari referensi menulis cerita yang sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebongkah Asa yang Tertimbun dalam Tumpukan Sampah

24 Oktober 2023   11:28 Diperbarui: 24 Oktober 2023   11:47 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

"Supaya sirah dari bebatuan itu terus mengeluarkan air, maka kita pun harus menjaga tutuwuhan[40] yang ada ada di gunung dan hutan. Kata orangtua dulu mah, kita teh tidak boleh asal tebang, tidak boleh asal buang!" pesan abah kemudian. Angin lembah yang semilir dari puncak Gunung Pasir Panji dan Gunung Leutik seolah kompak berpadu, lalu perlahan lingsir melewati dinding tebing, menyajikan lantunan suara-suara merdu. Aku menikmati semuanya dengan mata terpejam. Petuah abah yang terbalut dalam setiap cerita, terpatri indah dalam sanubariku. 

 

Uhukk...uhuuk! Suara batuk abah yang berat, melepaskan untai kenangan yang tadi sempat terangkai.

 

            "Abah... ayo masuk, jangan di luar terus! Nanti batuk abah gak akan sembuh-sembuh atuh kalo kena angin terus!... coba itu rokoknya juga dikurangi!... iih, angger da si Abah mah, susah nurutnya!"  terdengar rentetan suara ambu berseru dari dalam rumah, diikuti langkah abah yang sedikit tertatih meninggalkan teras. ***

 

21 Februari 2005

 

            Menjelang sepertiga malam, dari atas lereng, suara ledakan itu kembali terdengar. Lebih keras dan menggelegar dari sebelumnya. Memecah senyap dan melindas suara dengkuran nafas-nafas lelah. Tak ada yang menyadari kalau malaikat maut tengah bersiap-siap menjemput.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun