Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Santri Pendosa yang Mengajarkan Makna Kehidupan

25 Desember 2023   12:11 Diperbarui: 25 Desember 2023   15:14 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Janji, Tere Liye: ILustrasi|www.Freepik.com

Mungkin Bahar mengira ini dosa yang harus ia pikul. Tapi kenapa orang yang ia amat cintai yang diambil. Ia tak terima dengan takdirnya. 

Di pertambangan itu, ia mengenal seorang anak muda yang mengajarkannya makna hidup. Singkat cerita, gempa terjadi sesaat Bahar dan puluhan lainnya sedang menambang emas di kedalaman 180 meter.

Mereka terkurung bebatuan yang runtuh, disana Bahar terlihat kuat memandu yang lainnya. Sedikit yang bertahan, hanya beberapa saja. 

Teman yang mengajarkan arti kehidupan itu pun tewas setelah berminggu-minggu bertahan dalam reruntuhan tanpa bantuan dari atas. Mereka kehabisan oksigen dan sisa makanan untuk bertahan.

Nasib baik masih menyapanya. Bahar dan beberapa lainnya berhasil diselamatkan. Bahar memutuskan untuk pergi dari pertambangan dan mulai menerima takdirnya. 

Babak kehidupan baru dimulai!

Bahar menuju kota tujuan terakhir. Ia berjanji untuk menjalankan amanat Buya yang pernah diterima sebelum meninggalkan pondok. Pusaka yang mengajarkan arti takdir kehidupan.

Bahar tiba di kota besar, memulai kehidupan baru. Bacaan Al-Quran yang merdu membuatnya mudah dikenal di tempat tinggal baru. 

Sebuah kota besar di selah-selah bangunan tinggi menjulang tinggi ke langit.

Dengan modal uang dari hasil bekerja di pertambangan emas, ia membuka rumah makan.

Ia menamai rumah makan itu DELIMA. Itulah nama istri tercinta yang tidak pernah dilupakannya walau dalam reruntuhan batu yang hampir merenggang nyawanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun