Semua tahanan mengenalnya sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.Â
Ia membantu siapa saja yang dianiaya, baik oleh sipil atau tahanan senior yang dikenal kejam. Tidak terhitung puluhan perkelahian yang sudah dilalui dalam sel.Â
Para sipil pun mengenalnya sebagai pengacau, karena kehadirannya mengurangi jatah uang yang mereka terima.
Bahar disiksa disana dengan perlakuan sangat buruk. Masa remisi tidak pernah diterima, padahal ia tahanan terbaik yang suka membantu napi teraniaya. Sementara napi lainnnya diperlakukan bak raja, terlebih napi koruptor.
Satu alasan, karena uang berbicara. Sedangkan Bahar tidak memiliki uang untuk menyogok para sipir, apalagi tahanan senior yang menguasai sel.
Yang Bahar punya hanya tenaga dan postur tubuh sangar untuk menghadapi napi-napi pemeras.
Lima tahun ia jalani dengan ikhlas dan sabar tanpa sepatah kata penyesalan ia lontarkan. Disaat napi lain ingin bebas, ia rela berlama-lama disana dengan satu tujuan, menebus kesalahan masa silam yang terkubur lama dalam memorinya.Â
Selama lima tahun itu pun ia jalani dengan mempelajari skil reparasi elektronik dan mobil, termasuk skil memasak.Â
Lucu memang! Tahanan lain tidak habis pikir apa yang diperbuat Bahar. Dari membela orang yang tidak ia kenal, sampai larut mendalami berbagai macam keahlian.Â
Bahar sama sekali bukan penjahat. Lebih cocoknya, ia hanya tamu yang hadir untuk memberi pelajaran berharga bagi penghuni sel dan para sipir bejat.
Kehidupan di Luar Penjara
Ingin menutup masa kelam di penjara dan memulai hidup baru, Bahar telah menyelesaikan sebuah hukuman selama lima tahun dalam penjara. Hukuman yang sebenarnya bukan hak tanggungannya.Â