Misi menemukan Bahar Safar dimulai, ketiga santri ini menumpang mobil untuk mencari tahu keberadaan Bahar. Anak-anak nakal ini tidak memilih cara yang dulunya dilakukan ayahnya Buya.
Insting mereka berkata lain dan misi itupun dimulai. Mereka terus melacak keberadaan Bahar dari satu tempat ke tempat lainnya. Dimulai dari alamat tempat tinggal neneknya
 Hasilnya NIHIL.
Perjalanan dilanjutkan ke sebuah tempat yang mereka percayai memberi titik terang keberadaan Safar. Sasaran mereka adalah markas pemabuk.
Mereka tahu, Bahar adalah pemabuk dan suka melakukan hal semacamnya, semisal mengadu ayam dan bertaruh.Â
Dua markas pemabuk tidak memberi petunjuk yang diinginkan. Bahar tidak mungkin berada disana karena kedua tempat itu baru seumur jagung, sedangkan Bahar kesana puluhan tahun sebelumnya.Â
Akhirnya, kejelian firasat ketiga anak ini mengantakan mereka pada sebuah markas pemabuk yang sangat terkenal di kota itu. Awalnya mereka bingung bagaimana harus mencari tahu informasi Bahar.Â
Ternyata sesuatu yang ajaib terjadi. Seorang yang sedang bermain kartu sambil menegak minuman beralkohol mengetahui siapa itu Bahar. Walaupun demikian, informasi tentang dimana Bahar saat ini masih belum terkuak.Â
Yang mereka temui itu rupa-rupanya teman minum Bahar puluhan tahun silam. Darinya terbuka informasi berharga tentang siapa Bahar, seorang pemabuk yang spesial dan mempunyai tabi'at berbeda.
Betapa tidak, Bahar memang dikenal sebagai pemabuk, tapi nyatanya ia tidak pernah berbuat usil. Uniknya lagi, dia malah membantu orang lain yang sama sekali menganggapnya orang jahat.
Ya, Bahar puluhan kali menolong orang lain dari pemerasan, pemukulan, dan penganiayaan. Orang-orang itu tidak ada hubungan darah dengannya atau bahkan mengenalnya.Â