Mungkin Bahar mengira ini dosa yang harus ia pikul. Tapi kenapa orang yang ia amat cintai yang diambil. Ia tak terima dengan takdirnya.Â
Di pertambangan itu, ia mengenal seorang anak muda yang mengajarkannya makna hidup. Singkat cerita, gempa terjadi sesaat Bahar dan puluhan lainnya sedang menambang emas di kedalaman 180 meter.
Mereka terkurung bebatuan yang runtuh, disana Bahar terlihat kuat memandu yang lainnya. Sedikit yang bertahan, hanya beberapa saja.Â
Teman yang mengajarkan arti kehidupan itu pun tewas setelah berminggu-minggu bertahan dalam reruntuhan tanpa bantuan dari atas. Mereka kehabisan oksigen dan sisa makanan untuk bertahan.
Nasib baik masih menyapanya. Bahar dan beberapa lainnya berhasil diselamatkan. Bahar memutuskan untuk pergi dari pertambangan dan mulai menerima takdirnya.Â
Babak kehidupan baru dimulai!
Bahar menuju kota tujuan terakhir. Ia berjanji untuk menjalankan amanat Buya yang pernah diterima sebelum meninggalkan pondok. Pusaka yang mengajarkan arti takdir kehidupan.
Bahar tiba di kota besar, memulai kehidupan baru. Bacaan Al-Quran yang merdu membuatnya mudah dikenal di tempat tinggal baru.Â
Sebuah kota besar di selah-selah bangunan tinggi menjulang tinggi ke langit.
Dengan modal uang dari hasil bekerja di pertambangan emas, ia membuka rumah makan.
Ia menamai rumah makan itu DELIMA. Itulah nama istri tercinta yang tidak pernah dilupakannya walau dalam reruntuhan batu yang hampir merenggang nyawanya.