Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Santri Pendosa yang Mengajarkan Makna Kehidupan

25 Desember 2023   12:11 Diperbarui: 25 Desember 2023   15:14 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Janji, Tere Liye: ILustrasi|www.Freepik.com

Kabar gembira! Bahar boleh melamar anaknya segera. Lamaran terjadi dan lengkap sudah, sang gadis pujaan menjadi milik Bahar. Apakah cerita selesai disana? TIDAK!

Apa yang terjadi kemudian malah lebih menyedihkan lagi. Sebuah kerusuhan tahun 90-an menyulut kobaran api. 

Sang gadis terkurung dalam toko demi menyelamatkan pekerja di dalam. Api menyala tanpa henti, Bahar tiba terlambat.

Kisah cinta hangus dibalut kobaran api. Gadis nan cantik berhasil diselamatkan dalam keadaan kaku dalam kamar mandi. 

Api tidak membakarnya, namun nafasnya tak lagi bisa dirasa. Ia pergi selamanya meninggalkan rasa bersalah di benak Bahar.

Istri tercintanya meninggal tidak lama setelah mereka sah menjadi suami istri. Semua merasa sedih, apalagi Bahar.

Ia memutuskan untuk pergi dari sana karena tak sanggup mengenang kisah pilu itu. 

Tiada yang tahu kemana Bahar pergi, namun ketiga santri nakal yang mencari jejaknya tetap tidak putus asa mencari jejak Bahar. 

Kabar terbaru terengus, Bahar pernah berkerja di tambang emas. 

Ternyata Bahar kesana untuk mengubur kisah cinta yang tidak ingin dikenang. Bukan karena benci, tapi rasa cinta yang mendalam membuatnya tak ingin menahan rasa pilu itu. 

Kejadian puluhan tahun lalu kembali datang. Kisah seorang santri terbakar akibat ulahnya seakan meminta tanggung jawab. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun