Lalu, kenapa Bahar menolong mereka dalam tabi'atnya yang suka mabuk?
Inilah mengapa Buya menugaskan ketiga anak nakal ini untuk mencari Bahar, seorang santri nakal yang puluhan tahun lalu pernah tanpa sengaja berbuat usil membakar meriam bambu dan menghanguskan satu bangunan dan memanggang satu santri.
Bahar menyimpan memori kebakaran hebat itu dalam pikirannya kemanapun ia pergi. Rasa bersalah menghantuinya, sehingga ia ingin menebus kesalahannya dengan bertaubat.
Sayang beribu sayang, nalurinya belum sepenuhnya mengarahkan ia pada jalan yang benar.Â
Meskipun rasa bersalah dan penyesalan mendalam menghantui setiap langkah kakinya, Bahar masih menyalahkan keadaan dan bertanya-tanya kenapa takdir hidupnya seperti ini.
Sebentar...... saya akan melanjutkan cerita ini. Novel Janji terdiri dari 488 halaman dengan kisah maju mundur, satu perjalanan ke tujuan berbeda dengan pesan yang selalu meninggalkan jejak mendalam.Â
Baru kali ini saya membaca novel setebal ini dalam satu hari. Ya, seumur hidup, saya bangun jam 2:30 dini hari hanya untuk meyelasaikan sisa 280 halaman yang belum tuntas kemarin. Ah, Tere Liye berhasil membuat tidurku singkat kali ini.
Ayo, kita lanjut kembali.... 945 kata sudah saya menulis!
Ketika kisah hidup bahar mulai terkuak, ketiga anak nakal ini pun mendapat pelajaran berharga.Â
Setiap perjalanan dan kisah hidup Bahar membawa mereka pada lembaran pelajaran hidup yang jauh lebih berharga dari buku-buku yang mungkin mereka baca di pondok.Â
Bahar adalah sosok santri nakal yang spesial. Sangking spesialnya, seorang pimpinan pondok selevel Buya mencarinya. Ya, Bahar memang istimewa!begitulah faktanya.