Mohon tunggu...
Marselinus Lilo
Marselinus Lilo Mohon Tunggu... Jurnalis - Misionaris

MSC

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menggali Kepemimpinan Pater Jules Chevalier Pendiri Tarekat MSC

4 Desember 2019   12:24 Diperbarui: 4 Desember 2019   12:50 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

d. Pengambilan Keputusan

Dalam Matius 16: 24-25 ditegaskan bahwa barang siapa yang mengikuti Yesus, harus menyangkal diri dan memikul salib, karena barang siapa yang menyelamatkan nyawanya akan kehilangan nyawanya tetapi barang siapa kehilangan nyawanya demi Aku dan Kerajaan Allah akan memperolehnya. Sikap tegas harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Kepemimpinan tidak bermaksud untuk membuat orang lain senang. Ia harus tegas dalam menghadapi pengaruh keluarga, dan juga tegas dalam menjalin relasi dalam arti bukan atas rasa senang dan tidak senang. Karena itu diperlukan kepercayaan diri. Seorang yang memandang positif terhadap dirinya akan mampu bangkit dari pengalaman kegagalan dalam hidupnya. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Seorang pemimpin yang tabah adalah seorang yang sabar. Santo Paulus mengatakan, katabahan adalah bagian integral dari seorang pemimpin ( bdk 2 Kor 7 -- 10).

e. Spirit Pater Jules Chevalier

Pater Jules Chevalier dalam semangat pengabdiannya telah mencoba melaksanakan semangat kepemimpinan seperti gambaran gembala yang baik (bdk Yoh 10: 11). Kerelaan berkorban yang dimiliki Pater Jules Chevalier telah membuktikan pelayanan total yang hendaknya menjadi semangat pelayanan semua anggota MSC. Salah satu kualifikasi seorang pemimpin dalam biara/komunitas adalah rendah hati, tetapi tidak minder/rendah diri. Pemimpin yang sombong berbahaya, karena akan memakai kepemimpinannya untuk ambisi pribadinya dengan mengurbankan bawahannya, anggotanya atau anak buahnya. Orang yang minder cenderung otoriter. Seorang yang rendah hati biasanya demokratis memberi kesempatan kepada orang lain yang mampu mengerjakan. Dengan kata lain memberi kepercayaan atau mendelegasikan suatu tugas kepada orang lain tanpa ada pretensi yang negatif.

f. Hidup Rohani

Sebagai aplikasi dari cita-cita luhur Pater Pendiri tersebut maka  sebagai pemimpin dalam komunitas MSC haruslah arif dan bijaksana dan bersifat spiritual, diterangi terutama oleh pengetahuan para kudus, tak tergoyahkan, serius tanpa kepura-puraan, tegas, tapi tidak keras, baik hati, tapi tidak lemah, simpatik, tapi bukan untuk mencari perhatian. Selain sifat-sifat budi dan hati ini, ia juga cinta akan doa dan meditasi, tekun bekerja, sungguh rendah hati, rajin dan mengamalkan cinta kasih. Seraya setia menaati peraturan, ia merupakan suriteladan dalam segala aspek. Ia orang yang tidak memihak, tanpa prasangka, dijiwai oleh semangat iman, dan dibimbing oleh motivasi yang murni-bersih, ia akan memakai kewenangannya hanya demi kemuliaan Allah dan kesejahteraan tarekat. Ia tidak akan bertindak dengan sewenang-wenang, tapi selalu dengan kebijaksanaan dan pertimbangan yang matang.

g. Hidup Bersama

Pemimpin yang baik akan kelihatan dalam hubungannya dengan sesama. Perhatian menjadi faktor yang sangat menentukan dalam interaksi dengan orang lain. Dalam pertemuan ia memperhatikan apa yang dikatakan orang lain. Orang akan merasa senang dan bangga bila pendapatnya didengarkan dan diperhatikan. Relasi yang baik memegang peranan penting bagi peranan seorang pemimpin dalam suatu komunitas.  Relasi pimpinan yang sehat akan diperkuat dengan membangun suatu budaya penghargaan satu sama lain. Pemimpin yang bijaksana akan mengayomi semua ide yang berbeda. Pemimpin tidak bisa menyamakan semua orang. Perbedaan yang ada dalam komunitas kadang menimbulkan konflik satu sama lain. Peranan pemimpin dalam hal ini begitu penting yakni menjadi fasilitator yang memperlancar hubungan dalam komunitas. Kedamaian terdalam dari hati seorang pemimpin akan mempengaruhi seluruh suasana komunitas.

Dalam pengalaman hidupnya Pater Jules Chevalier senantiasa terbuka terhadap sesama yang ada disekitarnya. Sifat keterbukaan ini terlihat dalam sikap dan keterbukaannya menerima segala sesuatu dalam hidupnya. Pater Jules Chevalier menyadari bahwa sebagai pemimpin dirinya bukan orang yang sempurna, maka dia tetap menerima masukan dalam kepemimpinannya. Bahkan sampai akhirnya dia terbuka untuk melepaskan jabatan kepemimpinannya ini dengan merelakan dirinya hancur dan menderita asalkan kongregasinya tetap berkembang dan menghasilkan banyak tuaian untuk menuai kebun anggur di ladang Tuhan.

 

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun