Setelah itu, pihak Turki juga mengklaim telah menanggapi serangan tentara pemerintah Suriah ini.
Jet tempur Turki telah membom 54 sasaran tentara pemerintah Suriah, menewaskan 76 tentara pemerintah Suriah.
Namun, Kementerian Pertahanan Rusia mengeluarkan pernyataan pada 3 Februari, mengatakan bahwa jet tempur Turki tidak memasuki wilayah udara Suriah, dan Rusia tidak mengamati serangan udara Turki terhadap target pemerintah Suriah.
Selain itu, Kantor Berita Arab Suriah tidak melaporkan dua peristiwa di atas pada tanggal 3 Februari 2020 ini.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Rabu 9 Februari lalu bersumpah untuk meluncurkan operasi militer ke provinsi Idlib Suriah jika pemerintah Suriah tidak mundur pada akhir Februari ini.
"Kami menghitung mundur dan membuat peringatan terakhir kami ... Sebuah operasi di Idlib sudah dekat," kata presiden Erdogan saat berpidato dengan anggota partainya di parlemen.
Erdogan mengatakan bahwa pembicaraan antara delegasi Turki dan Rusia di Moskow, yang bertujuan untuk mencari solusi diplomatik untuk meredakan ketegangan di Idlib, tidak menghasilkan konsensus, tetapi kedua negara akan melanjutkan diskusi ini.
"Sayangnya, kami tidak dapat mencapai hasil yang diinginkan. Namun kami akan melanjutkan diskusi, pandangan kami jauh dari satu sama lain," tambahnya.
Turki dan Rusia telah mengadakan diskusi untuk mencapai konsensus untuk meredakan eskalasi ketegangan di Idlib.
Ketegangan di wilayah itu meningkat setelah Turki mengklaim bahwa serangan tentara pemerintah Suriah di Idlib menewaskan 13 personil militer Turki.
Turki mendesak Rusia untuk meyakinkan Damaskus untuk mundur ke garis yang disepakati dalam kesepakatan Sochi yang sebelumnya ditengahi oleh Ankara dan Moskow.