Kehangatan itu tiba-tiba sirna, tatkala cubitan tangan iput menyambar bagian kanan perutku sembari menggerutu.. "awas aja kalau sampai jatuh..!"
Dengan kondisi jalan seperti ini, memang butuh kehati-hatian bagi para pengayuh sepeda, apa lagi embun pagi membuat bebatuan semakin licin dan menjadi tantangan tersendiri buatku tuk melaluinya setiap hari.
"dah sampai Put.., gimana, apakah ada yang lecet dengan kulitmu wahai tuan putri..?"
"hmmm.., terimakasih atas tumpangannya pangeran..!"
"halah.. Pangeran kecebong apa?, kamu tunggu disini ya put!, aku titipin sepedanya dulu kesana."
"siap.., ku kan setia menunggumu pangeran..!"
Tak butuh waktu lama, bis yang kami tunggu pun sudah nampak mendekat dan kamipun melambaikan tangan memintanya tuk membawa kami menyertainya.
Â
"apa ada yang aneh denganku?" tanyaku dalam hati tatkala putri terus saja memperhatikanku yang berdiri tepat di hadapannya yang dengan sesekali kami saling bersenggolan dikarenakan jalan yang tak rata membuat laju bis yang kami naiki meleompat-lompat.
Sesampainya di terminal kota, kamipun berpisah, sebab ia sekolah di SMA yang tempatnya berbeda arah denganku.
"Wan... Cepat balas ya..!"