Pendeta penjaga itupun melepaskan Teana. dengan langkah cepat, Teana berjalan menuju Pendeta Samad yang sedang menyiram patung Dewa Dhushara dengan air suci.
"Tuan, segera selesaikan ritualmu. Perintahkan penduduk untuk kembali ke rumah mereka masing -- masing. Keadaan mulai tidak aman. Aku merasakan ada seseorang yang mengintai kita disini. Aku tidak tahu apa tujuan mereka."
"Maksudmu apa Nyonya?" tanya Pendeta Samad.
"Nanti aku jelaskan. Sekarang cepatlah kau selesaikan ritualmu."
Ketiga pendeta itu akhirnya melakukan ritual penyucian patung secepat mungkin. Pendeta Samad memberikan tugas itu kepada dua orang pendeta yang membantunya. Sedangkan dirinya menenangkan para penduduk yang mulai merasa tidak aman. Dalam suasana hujan lebat dan gemuruh, Pendeta Samad berkata kepada para penduduk.
"Rakyatku... Sepertinya keadaan mulai tidak aman. Ini semua bukanlah kemarahan Dewa Dhushara. Namun sesuatu sedang terjadi disini. Biarlah kami para pendeta yang mengurusi ini semua. Kalian pulanglah. Selamatkan diri kalian. Cepat." ucap Pendeta Samad.
Kekacauan muncul. Ketika para penduduk hendak meninggalkan Kuil Ad Deir, puluhan laba -- laba mulai memenuhi pelataran kuil. Mereka makin ketakutan. Sebagian dari mereka membunuh laba -- laba itu dengan cara menginjaknya. Sebagian lagi berteriak -- teriak ketika laba -- laba itu mulai masuk kedalam jubahnya.
"Tolong... Toloooong!" ucap seorang wanita sambil mengibas -- ibaskan jubah dan kerudungnya.
"Ibuuuuu..... Tolong akuuuu.... Laba -- laba itu menggigitku.!" teriak anak kecil itu sambil menangis karena terpisah dari ibunya.
Melihat ini semua, Teana tidak tinggal diam. Ia menolong anak kecil itu dan melepaskan laba -- laba yang menggigit tubuhnya. Lalu ia menggendongnya. Dengan menggunakan tongkat di tangannya, ia memukul satu persatu laba -- laba didepannya. Tak lama kemudian terdengar teriakan seorang wanita dari kejauhan.
"Anakkuuu...."teriak wanita itu dalam keadaan basah kuyup.