Suasana Kuil Ad Deir mulai nampak lengang. Para penduduk yang selesai berdo'a mulai meninggalkan kuil satu persatu. Demikian halnya dengan Teana dan Almeera.
"Nyonya tunggu..." teriak seorang penjaga kuil.
"Iya Tuan, ada apa?"
"Pendeta Samad ingin berbicara empat mata dengan Nyonya. Silakan Nyonya masuk kembali." ucap seorang pendeta penjaga kuil. Lalu Teana memegang bahu Almeera.
"Almeera... Kau tunggulah disini."
"Baik Tuan."
Rupanya ucapan Teana telah mempengaruhi pikiran pendeta itu. Sesuatu yang membuat sang pendeta menjadi gusar. Berbagai macam pertanyaan memenuhi pikirannya.
"Silakan duduk Nyonya. Ada yang ingin aku tanyakan kepadamu." ucap pendeta itu sambil meletakkan tongkatnya diatas meja.
"Terimakasih Tuan." balas Teana.
Teana mengambil tempat duduk didepan Pendeta Samad.
Pendeta itu menjamu Teana dengan makanan dan minuman yang cukup lezat. Semua terhidang sempurna diatas meja yang ada di hadapan mereka. Lalu Pendeta Samad memberi isyarat kepada anak buahnya untuk keluar ruangan.