Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Teana - Yodh (Part 26)

23 September 2018   11:31 Diperbarui: 23 September 2018   11:51 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di beberapa tempat di pusat kota dibangun saluran air yang terhubung langsung dengan sungai yang mengalir di Wadi Musa. Sebuah lembah yang hijau dibawah kaki Gunung Hor. Saluran air itulah yang digunakan para penduduk untuk mengairi tanah pertanian dan perkebunan milik mereka. Para petani di Kota Petra bisa mendapatkan pasokan air yang cukup saat musim kemarau panjang tiba. Sehingga tiap tahun selalu menghasilkan panen yang melimpah.

Untuk mencegah banjir saat musim penghujan tiba, dibangunlah dam -- dam di sekitar kuil -- kuil utama kota. Seperti Kuil Ad Deir dan Al Khazneh. Dengan berdirinya dam -- dam itu, air hujan tidak akan membanjiri ruangan didalam kuil. Sehingga tidak mengganggu para penduduk dalam menjalankan ritual mereka kepada para dewa.

Tahun ini tepat tiga puluh tahun Raja Aretas IV berkuasa. Kehidupan penduduk Kota Petra makin sejahtera. Sore itu, Teana bersama Almeera menemui Pendeta Samad di Kuil Ad Deir.

"Terima kasih Teana, semua ini berkat usahamu meyakinkanku untuk bangkit dari keterpurukanku. Rasa bersalah yang aku pendam sejak dulu." ucap Pendeta Samad suatu ketika di Kuil Ad Deir.

"Bersyukurlah pada Dewa Dhushara, semua ini tak lepas dari campur tangannya. Jangan lupa untuk menggelar ritual kepada Dewa Dhushara sebagai wujud terimakasih kita kepadanya."

"Tentu, beberapa hari lagi aku akan mengadakan ritual pembersihan kuil dan penyucian patung dewa. Agar kita semua terhindar dari bencana dan musibah.

"Apa Tuan sudah mengganti patung palsu itu?"

"Sudah aku menyimpan patung palsu itu ditempat yang aman tanpa sepengetahuan siapapun." jawab pendeta itu. Teana tersenyum mendengarnya.

***

Ritual itupun akhirnya digelar. Para pendeta memakai jubah putih lengkap dengan penutup kepala, mereka berjalan keluar Kuil Ad Deir sambil membawa tongkat di tangan kanan. Tongkat itu memiliki sebuah lonceng di bagian ujungnya. Bunyi gemerincing mengiringi langkah mereka. 

Pendeta Samad berjalan paling depan dengan membawa patung Dewa Dhushara di tangan kiri, tepat di belakangnya ada dua orang pendeta berjalan mengikutinya sambil masing -- masing membawa dua buah cawan kecil berisi air suci yang diambil dari sumber air Mehnaz di wilayah Al Djinn.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun