"Jadi, hanya demi menjaga harga dirimu kau telah menipu para penduduk? Kau tahu apa akibatnya?" tanya Teana. Kekecewaan bercampur amarah tergambar jelas di wajahnya.
"Maafkan aku Nyonya." Jawabnya pelan sambil tertunduk.
"Apa yang akan kau lakukan untuk menebus kesalahanmu itu pendeta?" tanya Teana kemudian.
"Aku akan melakukan apapun demi keselamatan orang -- orangku. Keselamatan Bangsa Nabataea." ucapnya dengan mata berkaca -- kaca. Rasa bersalah memenuhi pikirannya.
***
Keesokan paginya, Almeera terlihat sibuk menyiapkan keperluan Teana. Jubah berwarna biru serta kerudung warna senada telah ia siapkan diatas ranjang Teana. Serta sebuah matha patti dan sepasang anting -- anting yang sangat indah. Disebelah jubah Teana tergeletak sebuah bungkusan kain putih.
Pagi itu Teana sangat cantik. Dengan dibantu oleh Almeera yang menata rambutnya, ia merias wajahnya. Lalu Almeera memasangkan matha patti diatas belahan rambutnya.
Matha patti itu membelah sempurna rambutnya. Bagian ujung belakang matha patti ia ikatkan di rambut Teana, sedangkan di bagian ujung depan menggantung sebuah liontin berbentuk bulan sabit kecil berwarna keemasan. Lalu Almeera mengolesi bibir Teana dengan sari bunga mawar, sehingga membuat bibir Teana nampak memerah.
"Bagaimana penampilanku ini Almeera?" tanya Teana sambil merapikan rambutnya didepan cermin.
"Sangat cantik Tuan, sempurna sekali." puji Almeera.
"Terimakasih Almeera, apakah kau sudah mempersiapkan keperluanku? Kita akan berangkat menuju Kuil Ad Deir pagi ini."