"Yang Mulia.... Yang Muliaaa..." teriak salah seorang prajurit kerajaan sambil mengetuk pintu kamar Yodh. Tak lama kemudian pintu terbuka.
"Ada apa prajurit?"
"Maaf Yang Mulia, sebaiknya Yang Mulia bergegas menuju ruang utama kerajaan. Kubah kerajaan kita mulai memudar warnanya." ucap prajurit itu sambil menundukkan kepalanya di depan Yodh. Yodh segera keluar dari kamarnya dan menuju ruangan utama kerajaan. Prajurit itu mengiringi langkah Yodh di belakang.
Betapa terkejutnya Yodh melihat para prajurit dan sebagian pembesar kerajaan menggelepar -- gelepar dibawah kubah raksasa. Lidah mereka mendesis -- desis menjulur keluar. Air kolam dibawah kubah berubah warna menjadi merah darah. Teratai putih didalamnya berubah menjadi hitam.
"Dia telah tiba..." gumam Yodh dengan lidah mendesis dan tangannya mengepal erat menyiratkan amarah.
"Prajurit ! Berikan tongkatku. Ada yang harus aku selesaikan !" teriak Yodh.
"Baik Yang Mulia."
***
Ritual berlangsung dengan diiring gemuruh di langit. Awan hitam pekat memenuhi langit Kota Petra. Hujan mulai turun perlahan. Bersamaan dengan turunnya hujan, Teana menyaksikan sekumpulan laba -- laba sebesar telapak tangan orang dewasa merangkak turun dari atas bebatuan besar di sekitar Kuil Ad Deir.
Laba -- laba itu berjumlah puluhan. Teana merasa sesuatu sedang terjadi. Dengan cepat ia berdiri dan mendekati Pendeta Samad yang sedang berdo'a. Beberapa pendeta penjaga berusaha menghalangi langkah Teana untuk mendekat. Mereka mencengkeram lengan Teana. Mereka tidak ingin ritual tersebut diganggu.
"Lepaskan aku!" Nyawa kalian sedang dalam bahaya!" ucap Teana tegas.