"Tentu saja boleh. Tapi sebelum itu kau bersihkan dulu badanmu." sahut Rashad.
"Baik Ayah."
Mereka bertiga saling tersenyum.
***
Malam mulai larut. Teana telah tertidur nyenyak bersama ibunya. Rashadpun demikian. Perjalana yang cukup panjang telah membuat mereka lelah. Namun tiba -- tiba terdengar beberapa suara gaduh dilura. Nampak tiga orang prajurit membunyikan lonceng peringatan sambil berkeliling Qasr Al Binth.
"Bahaya... Bahaya... telah terjadi pembunuhan. Lelaki itu berteriak sekencang -- kencangnya agar penduduk terbangun.
"Waspadalah, malam ini telah terjadi pembunuhan di Al Khuraimat. Seorang pendeta telah terbunuh."
Mendengar berita itu, seketika itu juga Rashad terbangun. Ia bergegas keluar rumah untuk memastikan kebenaran berita itu. Setelah ia yakin, ia kemudian menyiapkan untanya. Malam itu juga ia berangkat menuju Al Khuraimat.
"Ayah.... Aku ikut."
"Aku juga Tuan."
Teana kaget mendengar suara Galata dari belakangnya. Ia menoleh. Galata tersenyum kepadanya.