"Ini apa Ayah? Ia menarik lengan Ayahnya. Lengan Ayah terluka?"
"Oh ini?, Ayah tidak terluka. Ini hanyalah darah. Tadi Ayah sempat melukai salah seorang diantara mereka.
"Tapi Ayah, mengapa warnanya berbeda? Tidak berwarna merah seperti darah. Dan baunya..."
"Kau ada -- ada saja, ini darah mereka anakku, bisa jadi warnanya berubah kecoklatan karena jubah Ayah yang berwarna gelap. Sudahlah, jangan kau berpikir macam -- macam. Yang terpenting kita semua selamat. Ayo kita lanjutkan perjalanan kita. Hari sudah mulai gelap."
"Baik Ayah." ucap Teana pelan. Namun perasaannya berkata bahwa sesuatu yang ganjil telah terjadi.
***
Kedatangan rombongan Tuan Ghalib disambut hangat oleh para pembesar Kerajaan di gerbang Barat Kota Hegra. Tepat saat malam tiba, mereka telah memasuki kota. Sehingga Tuan Ghalib membubarkan rombongan.
"Kalau begitu aku pamit dulu Rashad, selamat beristirahat." ucap Tuan Ghalib.
"Baik Tuan, terimakasih atas semuanya."
"Sama -- sama."
Setelah kepergian Tuan Ghalib, Teana dan Rashad berjalan sambil menuntun unta mereka. Mereka menyusuri jalanan Qasr Al Binth yang nampak lengang. Sepanjang perjalanan, obor -- obor menyala terang menghiasi jalanan.