***
Pagi itu udara cukup dingin. Kota Petra diselimuti kabut. Aktivitas penduduk belumlah nampak. Matahari belum terlihat muncul di langit.
Dalam keheningan suasana Kota Petra, Penginapan Al Anbath terlihat sibuk. Beberapa pedagang yang masih berbalut jubah tebal dan selendang melingkari leher, sedang sibuk merapikan barang dagangan mereka. Tak ketinggalan juga rombongan Tuan Ghalib yang telah bersiap untuk meninggalkan penginapan.
"Almeera, jangan lupa pesanku semalam. Kau harus bisa melayani semua pelanggan kita dengan baik. Apapun yang terjadi, mereka adalah raja bagi kita. Jangan pernah mengecewakan pelanggan kita Almeera."
"Iya Tuan, hamba paham pesan Tuan. Lekaslah kembali Tuan." ucap Almeera. Lalu ia menyerahkan bungkusan kain berisi keperluan majikannya itu.
"Tentu Almeera." jawab Teana.
Tak lama kemudian, prajurit kerajaan melapor kepada Tuan Ghalib bahwa semua barang telah mereka kemasi. Tuan Ghalib segera memerintahkan anak buahnya untuk berangkat menuju Kota Hegra.
***
Dalam perjalanan menuju Kota Hegra, Teana tidak pernah jauh dari Ayahnya. Ia selalu berada disamping unta milik Ayahnya. Sepanjang perjalanan itu terasa menyenangkan bagi Teana. Sebab banyak hal yang diceritakan oleh Ayahnya yang selama ini belum pernah ia dengar. Termasuk kekacauan yang sedang terjadi di Kota Hegra.
"Jadi dalam beberapa bulan terakhir ini keadaan Kota Hegra kacau?"
"Benar, lebih tepatnya mencekam. Keadaan Kota Hegra mulai tidak aman bagi para penduduk. Hampir di penjuru kota selalu ada kejadian aneh setiap hari."