"Ampun Tuan, hamba tidak punya apapun." ucap seorang wanita ketakutan sambil memeluk anaknya yang masih kecil.
"Betul kata istri hamba Tuan. Kami hanyalah buruh perkebunan kurma disini. Tidak banyak harta yang kami miliki." bela suami dari wanita itu.
"Aaah... Kalian banyak alasan." ucap anak buah Ja'far.
Situasi menjadi semakin tegang. Wanita itu memeluk putri satu -- satunya dengan erat. Demikian halnya sang anak. Ia memeluk ibunya. Menenggelamkan kepalanya dalam dekapan sang ibu. Keringat dingin terus bercucuran di kening anak itu. Ia ketakutan.
Sedangkan suaminya melindungi mereka. Bersiap -- siap terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi.
"Kalau begitu, aku ingin anakmu. Berikan anakmu sebagai pengganti harta yang tidak bisa kailan serahkan padaku." teriak anak buah Ja'far tiba -- tiba.
"Jangan Tuan. Jangan ambil anakku. Lebih baik ambil semua yang kami miliki. Asal kau lepaskan anakku." ucap pria itu memohon.
Anak buah Ja'far tidak memperdulikan ucapan mereka. Ia turun dari kudanya. Mengeluarkan pedangnya dari sarung yang membungkusnya.
"Kalian tahu ini apa?" ucapnya sambil mengayun -- ayunkan pedang ke udara.
Anak wanita itu semakin ketakutan dan menagis dalam pelukan ibunya. Sedangkan ayahnya berusaha melindungi mereka. Ia mengambil sebuah tongkat yang berada tak jauh darinya. Menggunakannya sebagai senjata.
"Kalian berdua pergilah. Biar aku yang menghadapi lelaki ini." ucap suami wanita itu.