"Aaah... Mataku!"
Dalam sekejap pandangan ayah Almeera berubah gelap. Pedih dan panas menggerogoti kedua matanya. Kesempatan itu tidak disia -- siakan oleh anak buah Ja'far. Segera ia menghunuskan pedangnya ke perut ayah Almeera. Darah mengalir segar membasahi pedang milik anak buah Ja'far.
"Mati kau...!" gumamnya dengan tersenyum puas.
***
Sementara itu, di bukit berbatu di pinggiran Kota Tabuk...
"Ibu, kita kemana bu?" tanya Almeera.
"Kita akan pergi meninggalkan Kota Tabuk Nak. Bersabarlah." ucap ibu Almeera sambil menggandeng anaknya.
"Kemana ayah? Mengapa ayah tidak ikut?"
"Ayahmu sedang ada urusan. Ia mengambil barang -- barang yang tertinggal dirumah. Sebentar lagi ayahmu akan menyusul." ucap ibunya sambil membelai rambut Almeera. Belaian yang menenangkan hati Almeera.
Dengan hanya berselimutkan jubah dan kerudung di tubuh, mereka berdua berjalan menyusuri bukit batu yang panas itu. sejauh mata memandang yang nampak hanyalah bebatuan.
Selangkah demi selangkah mereka berjalan menyusuri jalanan yang mulai menurun. Membawa mereka ke suatu tempat. Hingga akhirnya mereka berdua tiba di sebuah jalan yang cukup besar. Nampaknya jalan itu adalah jalan yang sering dilewati oleh para pedagang yang hendak menuju ke Kota Petra maupun Kota Hegra.