"Horeee... Kita akan naik kuda." teriak Almeera senang.
Ibu Almeera tersenyum. Dengan sisa tenaga yang ia miliki, ia menaikkan Almeera keatas punggung kuda.
"Almeera, peluklah leher kuda ini erat -- erat. Apapun yang terjadi, janganlah menoleh ke belakang. Kalau kau menoleh ke belakang, kau akan jatuh. Kau ingat itu?" tanya ibunya.
Almeera mengangguk. Ia menuruti apa kata ibunya. Segera ia memeluk leher kuda itu. Setelah merasa Almeera sudah cukup tenang. Ibunya berkata...
"Almeera... Ingat baik -- baik. Jangan menoleh ke belakang. Kau paham?"
"Iya Bu, aku paham. Tapi... Mengapa ibu tidak ikut naik kuda bersamaku? Ibu takut?" tanya Almeera polos sambil terus memeluk leher kuda itu.
"Ibu akan ikut bersamamu Nak, kau pergilah dulu. Biar ibu mencari kuda lain. Sebentar lagi kuda itu akan datang." bujuk ibunya.
"Baiklah Bu, aku berangkat dulu." jawab Almeera.
Ibu Almeera memukul kaki belakang kuda, saat itu juga kuda melesat dengan cepatnya menyusuri jalan. Almeera masih tetap mematuhi perintah ibunya. Memeluk leher kuda dengan erat tanpa menoleh ke belakang.
Beberapa saat kemudian, setelah melihat kuda dan anaknya tidak nampak lagi di hadapannya. Ibu Almeera tersenyum.
"Semoga Dewi Uzza melindungimu anakku." gumam ibunya lirih.